Senin, 26 April 2021

Pemuda Fakir yang Memiliki Kemuliaan Akhlak

 

Ia seorang pemuda yang menderita penyakit kulit, berupa belang-belang pada tubuhnya. Namun ia memiliki akhlak mulia, pemuda yang shalih dan menyayangi ibunya. Seorang pemuda yang merawat ibunya dengan penuh kasih sayang. Meskipun hidup dalam kefakiran. Kisah yang mengharukan ketika ia selalu memenuhi keinginan ibunya. Ibunya yang lumpuh dan sudah sangat tua memiliki keinginan untuk pergi haji. Padahal ia tidak memiliki beaya untuk memenuhi keinginan ibunya. Bisa mencukupi kehidupan sehari-hari bersama ibunya saja merupakan keberuntungan. Dapatkah ia memenuhi keinginan ibunya? Bagaimana caranya agar keinginan mulia ibunya dapat dipenuhi? Dari sinilah kisah inspiratif di mulai.

Ia dan ibunya tinggal di Yaman. Perjalanan dari Yaman ke Mekah sangat jauh. Jika hendak ke Mekah harus melewati gurun tandus yang sangat panas. Warga Yaman yang melakukan perjalanan ke Mekah, biasanya menggunakan unta dan membawa perbekalan yang cukup banyak. Bagaimana caranya memenuhi keinginan ibunya? Sedangkan dirinya tidak memiliki kendaraan? Kondisinya sangat fakir. Karena ia pemuda yang sangat memuliakan ibunya, maka mencoba mencari solusi agar ibunya bisa berangkat haji ke Tanah Suci. Lalu dibelinya seekor anak lembu yang dibuatkan kandang di sebuah puncak bukit.

Setiap pagi hari ia menggendong anak lembu naik turun bukit berkali-kali. Orang yang melihat menganggap tindakannya konyol dan aneh. Bahkan beberapa orang di sekitarnya meneriakinya gila. Ia tetap melakukannya. Tidak peduli omongan orang. Hari terus berlalu, hingga kebiasaannya menggendong anak lembu sudah 8 bulan. Dalam kurun waktu itu hewan piaraannya mencapai berat 100 kilogram. Otomatis otot tubuh pemiliknya menjadi kuat dan membesar. Sungguh usaha yang luar biasa. Ternyata ia melakukannya untuk persiapan menggendong ibunya melaksanakan ibadah Haji.

Ketika musim haji tiba ia mengendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekah. Sebagai bukti besarnya kasih sayang terhadap ibunya. Kerelaannya menempuh perjalanan jauh dan penuh rintangan, demi memenuhi permintaan ibunya mengunjungi Baitulllah. Ia gendong ibunya melakukan wukuf di Padang Arafah. Dengan tegap ia gendong ibunya tawaf  berkeliling Ka’bah. Di hadapan Ka’bah keduanya berdoa. Ketika berdoa ia memohonkan ampunan dosa teruntuk ibunya. Dengan penuh keheranan ibunya menanyakan. Kenapa tidak meminta ampunan terhadap dosanya sendiri? Bagaimana dengan dosa-dosa anaknya? Ia dengan bijak mengatakan, bilamana Allah mengampuni dosa ibunya, maka ibunya akan masuk surga. Dengan ridho ibunya akan membawa dirinya juga masuk ke surga. Ketulusan dan kecintaan kepada ibunya, akhirnya ia mendapatkan kemudahan dari Allah. Penyakit belang pada tubuhnya sembuh. Hanya tersisa bulatan pada tengkuknya. Bulatan tersebut disisakan agar para sahabat Rasulullah mengenalinya dan menjadikannya sebagai teladan. Teladan atas kemualiaan akhlaknya.

MasyaAllah. Allahuakbar! Siapakah pemuda fakir tersebut?  Ia adalah Uwais Al Qarni. Pemuda Fakir. Yang menyayangi ibunya melebihi dirinya sendiri. Hingga Rasulullah berpesan agar Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib mengenalinya dan meminta doa kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya:”Carilah ia (Uwais Al Qarni, mintalah kepadanya agar memohonkan ampunan untuk kalian.” (HR Muslim)

Hikmah yang patut kita pelajari dari kisah ini adalah kewajiban berbakti kepada kedua orang tua. Jangan sampai kita memperlakukannya dengan buruk. Kita wajib mendahulukan kepentingannya agar Allahpun ridho dengan kita. Aamiin.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar