Empat
bulan yang lalu, warga desa Ngadirejo merasakan keberhasilan panen raya padi. Pada
panen raya tersebut, rata-rata tiap 1.400 meter persegi dapat menghasilkan 20 karung
padi basah. Jumlah tersebut masih dari sawah, belum dikeringkan. Ada yang mampu
memperoleh hasil lebih dari itu. Kegembiraan warga ditandai dengan adanya
kegiatan hajatan labuh. Tiap warga membawa tumpeng lengkap, antara lain nasi
gurih, ayam, urap, serundeng. Hajatan labuh ini dilaksanakan di tepi area
persawahan. Sebagai ungkapan rasa syukur pada Allah SWT.
Sedangkan
panen padi bulan Oktober tahun 2021, tergolong kurang berhasil. Among tani merasakan
kerugian yang cukup besar. Banyak warga yang tidak panen sama sekali. Ada yang
masih beruntung tiap 1.400 meter persegi mendapat 2 karung padi basah. Ada pula
yang rajin menyemprot obat hama, bisa mendapat 10-18 karung. Karena padi mereka
dihabiskan oleh hama. Akibatnya batang padi dan daun padi berwarna kecoklatan. Sedangkan
biji padi telah dimangsa hama. Jika dalam beberapa petak habis dimangsa hama,
petani menyebutnya dengan istilah lahan
yang terbakar. Karena semua nyaris berwarna coklat kering. Bahkan ada yang
habis tinggal batang bagian bawah.
Sebetulnya
kelompok tani telah mengadakan penyemprotan hama secara masal. Namun karena
penyemprotan dilakukan agak terlambat, maka hasilnya tidak memuaskan. Dianggap terlambat
karena ada beberapa sawah warga yang sudah ludes dimakan hama. Terutama bagi
mereka yang benih padinya menggunakan hasil panen lalu. Yang mampu bertahan
adalah sawah-sawah yang ditanami benih padi dari toko pertanian, misalnya inpari
32, inpara 4 dan lain-lain. Benih tersebut selain unggul juga lebih tahan hama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar