Sabtu, 06 Februari 2021

Pokoke Nulis, Itu Saya Banget

 

Meskipun kemarin mengikuti kopdar dengan kondisi signal wifi kurang bagus. Tetap mencoba bergabung, agar semangat yang mulai menurun meningkat kembali. Materi yang disampaikan Bu Nurul Chomaria cocok sekali untuk saya. Itulah yang saya alami. Menulis kegiatan sehari-hari baik kegiatan mengajar, kegiatan kemasyarakatan, kejadian yang menimpa diri, maupun rapat dinas. Semula ketika hendak memosting cukup khawatir, tulisan saya mungkin kosa katanya ada yang tidak baku. Viewer akan menertawakan tulisan tersebut. Namun harus tetap saya posting, siapa tahu kelak jadi tabungan saya agar bisa dijadikan buku.

Ketika Bu Nurul membahas slide yang kedua. Saya langsung instrospeksi, posisi saya di nomor dua. Tidak mampu, tapi mau menulis. Kenapa saya tidak mampu, tetapi mau menulis? Karena saya berkeyakinan. Tulisan saya pernah singgah di sebuah perpustakaan milik Perguruan Tinggi di kota Malang. Maka selanjutnya harus mencoba menulis artikel atau buku. Ternyata tulisan mandiri milik saya yang pertama juga bisa untuk kenaikan tingkat. Sehingga karya sederhana itupun mampu melengkapi pemberkasan kenaikan tingkat dan tidak kembali. Itulah yang memotivasi saya untuk tetap menulis. Menabung untuk empat tahun kedepan. Agar beaya yang dikeluarkan terkait karya tulis lebih ringan. Satu semester satu buku, tidak terasa. Namun jika semua diterbitkan pada empat tahun terakhir, sangat menguras tabungan.

Untuk slide keempat, merupakan kiat menulis yang saya lakukan. Sama seperti yang Prof. Naim sarankan. Begitu pula para pemateri di group menulis 14, mengharapkan teknik tersebut dilakukan. Teknik melatih kepekaan jiwa. Kepekaan terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dibaca, dan dialami. Ide bisa berupa kejadian yang dilihat, didengar, dirasakan, dibaca, dan dialami, lalu dipintal menjadi paragraf. Materi ini merupakan cara belajar menulis paling berkesan. Bu Nurulpun menegaskan bahwa menggali ide bisa dari bangun tidur, mandi, berwudhu, sholat, masak, mandi, lembur, membuat soal dan lain-lain. Meskipun sering menambang ide dari kegiatan yang sederhana, namun juga harus dikemas dengan menarik. Misalkan mandi, tidak sekedar masuk kamar mandi menceritakan kronologis mandi. Tetapi bisa mengupas bagaimana cara mandi yang benar sesuai dengan tuntunan Rosulullah. Maka tulisan ini akan menarik simpati pembaca. Pesan yang tersirat pada materi Bu Nurul ini sungguh luar biasa.

Dalam penjelasan lebih lanjut Beliau menyarankan para anggota SPK untuk menulis apapun yang lekat, dekat dan akrab. Pun tema yang disukai dan dikuasai, bermanfaat dan menjual. Dengan menulis pokok bahasan yang lekat, dekat, akrab, disukai dan dikuasai, maka tulisan kita akan mengalir. Mudah sekali kalimat dirangkai menjadi paragraf. Terkait dengan kebermanfaatan dan menjual, Beliau memiliki pengalaman yang menginspirasi. Ketika Beliau harus presentasi tentang naskah buku yang berjudul ‘Panduan Kehamilan Untuk Muslimah’. Pihak penerbit meragukan nilai jual buku tersebut. Karena buku semacam itu, sudah banyak di pasaran. Namun Bu Nurul mampu meyakinkan penerbit, bahwa buku tersebut memiliki keistimewaan dibanding buku yang sejenis. Buku tersebut merupakan pengalaman pribadinya melakukan riset ketika mulai mengalami kehamilan sampai melahirkan. Juga tips merencanakan pengeluaran untuk beaya melahirkan. Itulah cara beliau menunjukkan arti penting kebermanfaatan tulisan dan nilai jual.

Beliau juga memaparkan teknik Amati, Tiru, Modifikasi (ATM). Hal ini Beliau lakukan ketika menyusun buku ‘Pendidikan Seks untuk Anak’. Buku ini terinspirasi 25% dari karangan Ayip Syafruddin, yang berjudul ‘Islam dan Seks Pendidikan Anak’. Setelah membaca kemudian Beliau memodifikasi tidak hanya pendidikan seks anak namun dikembangkan sampai pendidikan seks remaja hingga menjelang berumah tangga. Menurut Beliau, penulis mungkin idenya banyak memiliki kesamaan. Namun  siapa cepat, ia yang dapat. Ide yang bagus terlalu sayang jika dibuang, maka harus segera ditulis. Jangan hanya bermimpi menjadi penulis. Segeralah menulis dan jangan suka beralasan. Demikanlah yang mampu saya tangkap dari pesan indah Beliau. Pesan yang mudah, namun harus segera diterapkan. Bukan dimimpikan.

 

 

4 komentar: