Hari
ini ada himbauan dari Prof. Naim untuk mengikuti kopdar. Semua anggota SPK Tulungagung
diminta berpartisipasi. Niatkan mencari ilmu, niat ibadah dan niat menulis. Bertekad untuk bisa bergabung. Karena
hari ini WFH, sejak pagi hari sudah mengirim tugas kepada siswa kelas VI. Menyampaikan apersepsi menggunakan voice note, menjelaskan tugas hari ini. Kemudian
membimbing siswa yang bertanya melalui WA. Sambil memantau siswa pada
pembelajaran daring, tepat pukul 08.00 membuka zoom untuk berpartisipasi.
Wifi rumah bermasalah, berkali-kali terpental keluar dari zoom.
Terpaksa meminta bantuan kepada penanggung jawab wifi untuk dibenahi. Ternyata alat di rumahnya mengalami sedikit kerusakan. Tetap berusaha masuk
zoom meeting sambil mendampingi siswa yang membutuhkan bantuan dalam
mengerjakan tugas. Dan berkali-kali pindah posisi mencari signal yang cukup
kuat.
Pada zoom meeting pagi ini tidak bisa
mendengarkan sambutan dari para pengurus SPK pusat. Namun bersyukur dapat
mendengarkan dengan baik materi dari pembicara pertama Bapak Ulil Abshar
Abdala. Beliau tidak menyiap materi secara khusus melalui PPT, namun
menyampaikan paparan terkait hasil observasinya. Menurutnya minat penulis muda sekarang
ini cukup tinggi. Namun dari segi kualitas masih belum sebaik para penulis
zaman dahulu. Sekarang ini untuk menjadi penulis tidak sulit, banyak media yang
bisa digunakan memosting tulisannya. Begitu pula sangat mudah dalam menerbitkan
buku. Karena penerbit banyak dan editor tidak terlalu ketat dalam menyeleksi
draf naskah. Sedangkan pada zaman Beliau dulu editor sangat teliti dalam
melakukan tugasnya. Jika mengirimkan naskah pada pihak tertentu, ditolak berkali-kali merupakan hal yang wajar.
Selain
hal di atas saya sependapat dengan Beliau kebahagiaan seorang penulis jika
tulisannya dibaca dan dikomentari. Maka
tulisan harus di komentari. Namun terkadang penulis zaman sekarang kurang
nyaman jika tulisannya dikritik. Padahal kritikan/masukan akan menjadikan
penulis semakin berkembang. Lalu Beliau menyarankan agar peserta kopdar
memiliki idola. Seorang penulis yang dipilih menjadi idola ini nantinya akan
menjadi inspirasi dan standar tulisan. Diksi dan gaya penulisannya bisa
ditiru, untuk meningkatkan kualitas tulisan. Setelah meniru, maka penulis akan
bergulat dan berjuang untuk meningkatkan mutu tulisan. Semuanya membutuhkan
proses yang cukup lama. Sehingga akhirnya penulis menemukan gaya dan ciri
khasnya sendiri.
Menulis
tidak sekedar menggerakkan tangan. Menulis merupakan proses manusia menemukan
jati dirinya. Tulisan yang baik dapat dilihat dari sisi gramatika, stilistika
dan logika. Tulisan berupa kalimat lengkap, tidak akan menimbulkan pertanyaan bagi
pembacanya. Mudah dipahami pembacanya. Sebenarnya saya sangat tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tulisan yang gramatika, stilistika dan logika tepat.
Namun Beliau menyarankan untuk membaca tulisan para penulis hebat seperti
Rendra, Eep Saefulloh Fatah dan lain-lain. Di buku mereka dapat ditemukan gaya tulisan yang menarik dan bermakna.
Terimakasih ulasannya Bu Mus🤗. Saya kemarin baru berhasil bergabung pada saat pemaparan Bu Nurul.
BalasHapusInggih Bu Doktor. Terimakasih telah berkunjung
HapusBu Mus luar biasa,.salut bu
BalasHapusTerimakasih Mbak Zulva, atas motivasi dan kunjungannya
HapusMengingatkan kembali.. bagus buu
BalasHapusTerimakasih Mbak Etik Motivasi dan kunjungannya
Hapus