Bagi seorang guru pembelajaran bermakna merupakan kegiatan pembelajaran yang selalu diharapkan untuk dilakukan pada pembelajaran daring maupun tatap muka. Penerapan pembelajaran bermakna yang dilandasi dengan teori yang kuat dapat diharapkan akan memberikan hasil yang baik. Terutama dalam mencapai target siswa dengan grade 3 yakni mampu menggunakan pengetahuan konten, prosedural, dan epistemik untuk memberikan eksplanasi, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah dan menafsirkan data dalam berbagai situasi kehidupan yang sebagian besar menuntut tingkat kognitif sedang.
Tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran diawali dengan mengindentifikasi segala sesuatu yang nampak pada diri siswa. Ada
beberapa karakteristik yang dapat pendidik identifikasi yang nampak pada diri siswa
dengan grade 3 (cakap) yaitu: 1)Sudah bisa memaknai pengetahuan yang
diterimanya, mulai dari pengetahuan yang sederhana sampai pada pengetahuan yang
kompleks 2)Sudah dapat menghubungkan pengetahuan barunya dengan pengetahuan
sebelumnya, untuk pengetahuan yang sederhana dan kompleks, yang kelihatan jelas
hubungannya dengan pengetahuan baru 3) Pengetahuan yang diterimanya sudah bisa
diintegrasikan dengan pengetahuan sebelumnya, pada pengetahuan yang sederhana
dan pengetahuan yang agak komplek 4)Sudah dapat mendeskripsikan/menjelaskan
pengetahuannya dengan baik. Tetapi masih terbatas pada pengetahuan yang sederhana
dan setengah kompleks 5)Sudah dapat menghubungkan pengetahuan yang diterimanya
dengan kehidupan nyata, tetapi pada pengetahuan yang sederhana dan setengah
kompleks 6)Sudah memahami variabel bebas dan variable terikat dalam menjelaskan
fenomena.
Tahapan berikutnya pendidik
juga dituntut untuk memiliki beberapa peningkatan dalam pengetahuan tertentu
seperti berikut: 1)Menggali pengetahuan awal terlebih dahulu, sebelum memberi
pengetahuan baru pada siswa 2)Memberi penjelasan hubungan antara pengetahuan
awalnya dengan pengetahuan baru yang akan diberikan. Lebih baik jika dilakukan
dengan meminta siswa untuk menghubungkannya sendiri. 3)Melatih siswa mendeskripsikan/menjelaskan
pengetahuan yang diterimanya, mulai dari pengetahuan yang sangat sederhana
sampai pada yang setengah kompleks. Deskripsi yang dimaksud bukan hanya
deskripsi fisik semata tetapi lebih dalam. 4)Melatihkan siswa membuat mind
mapping untuk menghubungkan pengetahuan awal dengan pengetahuan yang baru. 5)Menghubungkan
pengetahuan yang diberikan dengan kehidupan nyata dengan tingkat kognitif
sedang.
Sains
bagi anak bukanlah aktivitas pengenalan dan pengajaran terkait konsep-konsep
sains tertentu pada anak semata, namun merupakan suatu upaya yang digunakan
untuk menstimulasi aspek perkembangan dan memaksimalkan potensi yang ada dalam
diri anak. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran sains, bukan hanya
konsep sains yang ditekankan untuk dipahami oleh anak, namun lebih mengarah
kepada bagaimana pembelajaran sains tersebut mampu menjadi alat untuk
menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak sejak dini.
Oleh
karena itu melalui pembelajaran bermakna karakteristik anak yang diharapkan pada tingkatan
cakap dalam literasi sains, dalam hal ini pengembangan kemampuan siswa madrasah
untuk menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan epistemik/metakognisi
untuk memberikan eksplanasi, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah dan
menafsirkan data dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari yang sebagian
besar menuntut tingkat kognitif sedang akan lebih mudah dicapai.
Pembelajaran
bermakna pada bidang sains itu bukan hanya sekedar pengetahuan saja, tapi
proses dan juga tindakan yang kita lakukan dalam mencapai pengetahuan tersebut.
Manfaat dari pembelajaran sains untuk anak antara lain mampu memupuk rasa
percaya diri anak di dalam lingkunganya, memberikan pengalaman penting secara
langsung pada anak, mengembangkan konsep dasar pengetahuan alam, meningkatkan
kemampuan mengamati, memperoleh kesempatan untuk menggunakan material yang
biasa digunakan dalam pembelajaran sains, sehingga anak mulai terbiasa sejak
dini, memperoleh bantuan dalam memecahkan masalah, mendapat kesempatan untuk
menstimulasikan rasa keingintahuan mereka dan mendapatkan kesempatan untuk
bereksplorasi, mengembangkan kemampuan sensori, fisik, intelektual, emosional,
spiritual, dan sosial, serta mengembangkan kemampuan berbahasa melalui
penambahan kosakata ketika anak melakukan kegiatan menanya dan menjawab
pertanyaan.
Secara
umum para ahli mendefinisikan belajar bermakna sebagai struktur kognitif yang
telah ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi dan
pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan
kejelasan arti-arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam
struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.
Seorang
pakar pendidik tidak setuju adanya pendapat bahwa semua kegiatan belajar dengan
menemukan adalah bermakna, sedangkan kegiatan dengan ceramah adalah kurang
bermakna. Belajar ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam
dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah ia
ketahui. Pendapat di atas merupakan ide cemerlang David Ausubel.
David
Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan teori
belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar menemukan
dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi
tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh
siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.
Menurut
Ausubel pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu
bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi
apabila seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam
struktur pengetahuan mereka.
Ada
beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu: 1)Belajar dengan penemuan yang
bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi
pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia
kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada. 2)Belajar dengan penemuan yang tidak
bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. 3)Belajar
menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan
yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
Terdapat
tiga manfaat belajar bermakna, yaitu : 1) Informasi yang dipelajari secara
bermakna lebih lama diingat. 2) Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep
relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya
sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran
yang mirip. 3) Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai
sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar
untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Prasyarat
agar belajar menerima menjadi bermakna yaitu: 1) Belajar
menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi
belajar bermakna, 2) Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus
sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 3) Tugas-tugas belajar
yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
Teori
Belajar Bermakna sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian
yang sudah dipunyai siswa. Pendidik harus dapat
mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Maka lebih efektif kalau guru
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Langkah-langkah
yang dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna: 1) Menentukan tujuan
pembelajaran. 2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
motivasi, gaya belajar, dan sebagainya). 3) Memilih materi pelajaran sesuai
dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti. 4)
Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang
akan dipelajari siswa. 5) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan
menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret. 6) Melakukan penilaian proses dan
hasil belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar