Kamis, 16 Desember 2021

Pembelajaran Bermakna

 

Bagi seorang guru pembelajaran bermakna merupakan kegiatan pembelajaran yang selalu diharapkan untuk dilakukan pada pembelajaran daring maupun tatap muka. Penerapan pembelajaran bermakna yang dilandasi dengan teori yang kuat dapat diharapkan akan memberikan hasil yang baik. Terutama dalam mencapai target siswa dengan grade 3 yakni mampu menggunakan pengetahuan konten, prosedural, dan epistemik untuk memberikan eksplanasi, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah dan menafsirkan data dalam berbagai situasi kehidupan yang sebagian besar menuntut tingkat kognitif sedang.

Tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran diawali dengan mengindentifikasi segala sesuatu yang nampak pada diri siswa. Ada beberapa karakteristik yang dapat pendidik identifikasi yang nampak pada diri siswa dengan grade 3 (cakap) yaitu: 1)Sudah bisa memaknai pengetahuan yang diterimanya, mulai dari pengetahuan yang sederhana sampai pada pengetahuan yang kompleks 2)Sudah dapat menghubungkan pengetahuan barunya dengan pengetahuan sebelumnya, untuk pengetahuan yang sederhana dan kompleks, yang kelihatan jelas hubungannya dengan pengetahuan baru 3) Pengetahuan yang diterimanya sudah bisa diintegrasikan dengan pengetahuan sebelumnya, pada pengetahuan yang sederhana dan pengetahuan yang agak komplek 4)Sudah dapat mendeskripsikan/menjelaskan pengetahuannya dengan baik. Tetapi masih terbatas pada pengetahuan yang sederhana dan setengah kompleks 5)Sudah dapat menghubungkan pengetahuan yang diterimanya dengan kehidupan nyata, tetapi pada pengetahuan yang sederhana dan setengah kompleks 6)Sudah memahami variabel bebas dan variable terikat dalam menjelaskan fenomena.

Tahapan berikutnya pendidik juga dituntut untuk memiliki beberapa peningkatan dalam pengetahuan tertentu seperti berikut: 1)Menggali pengetahuan awal terlebih dahulu, sebelum memberi pengetahuan baru pada siswa 2)Memberi penjelasan hubungan antara pengetahuan awalnya dengan pengetahuan baru yang akan diberikan. Lebih baik jika dilakukan dengan meminta siswa untuk menghubungkannya sendiri. 3)Melatih siswa mendeskripsikan/menjelaskan pengetahuan yang diterimanya, mulai dari pengetahuan yang sangat sederhana sampai pada yang setengah kompleks. Deskripsi yang dimaksud bukan hanya deskripsi fisik semata tetapi lebih dalam. 4)Melatihkan siswa membuat mind mapping untuk menghubungkan pengetahuan awal dengan pengetahuan yang baru. 5)Menghubungkan pengetahuan yang diberikan dengan kehidupan nyata dengan tingkat kognitif sedang.

Sains bagi anak bukanlah aktivitas pengenalan dan pengajaran terkait konsep-konsep sains tertentu pada anak semata, namun merupakan suatu upaya yang digunakan untuk menstimulasi aspek perkembangan dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anak. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran sains, bukan hanya konsep sains yang ditekankan untuk dipahami oleh anak, namun lebih mengarah kepada bagaimana pembelajaran sains tersebut mampu menjadi alat untuk menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak sejak dini.

Oleh karena itu melalui pembelajaran bermakna karakteristik anak yang diharapkan pada tingkatan cakap dalam literasi sains, dalam hal ini pengembangan kemampuan siswa madrasah untuk menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan epistemik/metakognisi untuk memberikan eksplanasi, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah dan menafsirkan data dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari yang sebagian besar menuntut tingkat kognitif sedang akan lebih mudah dicapai.

Pembelajaran bermakna pada bidang sains itu bukan hanya sekedar pengetahuan saja, tapi proses dan juga tindakan yang kita lakukan dalam mencapai pengetahuan tersebut. Manfaat dari pembelajaran sains untuk anak antara lain mampu memupuk rasa percaya diri anak di dalam lingkunganya, memberikan pengalaman penting secara langsung pada anak, mengembangkan konsep dasar pengetahuan alam, meningkatkan kemampuan mengamati, memperoleh kesempatan untuk menggunakan material yang biasa digunakan dalam pembelajaran sains, sehingga anak mulai terbiasa sejak dini, memperoleh bantuan dalam memecahkan masalah, mendapat kesempatan untuk menstimulasikan rasa keingintahuan mereka dan mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi, mengembangkan kemampuan sensori, fisik, intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta mengembangkan kemampuan berbahasa melalui penambahan kosakata ketika anak melakukan kegiatan menanya dan menjawab pertanyaan.

Secara umum para ahli mendefinisikan belajar bermakna sebagai struktur kognitif yang telah ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul pada waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi.

Seorang pakar pendidik tidak setuju adanya pendapat bahwa semua kegiatan belajar dengan menemukan adalah bermakna, sedangkan kegiatan dengan ceramah adalah kurang bermakna. Belajar ini perlu bila seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah ia ketahui. Pendapat di atas merupakan ide cemerlang David Ausubel.

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan teori belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.

Menurut Ausubel pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.

Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu: 1)Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada. 2)Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. 3)Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.

Terdapat tiga manfaat belajar bermakna, yaitu : 1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. 2) Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip. 3) Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna yaitu: 1) Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi belajar bermakna, 2) Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 3) Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa.

Teori Belajar Bermakna sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Pendidik harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Maka lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menerapkan belajar bermakna: 1) Menentukan tujuan pembelajaran. 2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya). 3) Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti. 4) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa. 5) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret. 6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar