Setelah
selesai menyiapkan sarapan pagi, segera menuju sekolah. Berangkat dari rumah
pukul 06.45. Sampai di sekolah sudah banyak guru yang datang dan bersiap untuk
berangkat ke Masjid Baitul Muttaqin, untuk mengikuti tashih Alquran. Pukul
07.15 rombongan berangkat menuju Tulungagung. Sebagian guru naik mobil yang
lainnya naik sepeda motor. Mobil melaju cukup kencang, sampai POM Gondang
berhenti untuk mengisi bensin. Setelah itu melaju menuju Boyolangu. Sampai di
depan pasar burung belok kiri menuju Masjid Baitul Muttaqin. Sesampai di sana
sudah banyak ustadz-ustadzah yang akan mengikuti tashih. Rombongan kami
disambut Ustadz Khairi. Setelah berbincang-bincang dengan Ustadz Khairi, para guru
masuk masjid. Kemudian menulis daftar hadir dan mengisi formulir.
Saya
duduk dideretan meja satu, sesuai dengan jadwal yang ditulis digroup tashih.
Semua guru antusias menunggu giliran. Nampak mereka membaca buku ghorib dan
jilid 6, sambil menunggu giliran ditashih. Karena terburu-buru brangkat saya
lupa membawa buku jilid maupun buku ghorib. Akhirnya hanya berdoa saja
sepanjang menunggu agar ketika membaca Alquran dilancarkan dan tidak grogi. Ketika
kurang 2 guru yang berada di depan, saya justru dipanggil ke meja 3. Ternyata
oleh temanku formulirku ditumpuk di meja 3. Meja 3 yang mentashih seorang
ustadzah muda. Di depan saya, sudah dibuka Alquran. Terlihat bacaan Alquran sepertinya juz di atas
10. Entahlah juz berapa, tidak sempat melihat dengan detail.
Ustadzah
meminta saya membaca ayat 31, satu lembar lebih sedikit. Setelah membaca
Alquran, saya di minta membaca lembaran yang isinya sama dengan materi ghorib. Yakni
surat Al Kahfi ayat 38 sampai 39, tentang bacaan Laakinnaa, Na-nya
harus dibaca pendek Laakinna. Selain itu juga diminta membaca surat Al Anqoff ayat 4 Juz 26. Bacaan yang
harus dipahami ayat 4 adalah tertulis Fissamaawaat-iituunii, jika dibaca
washol menjadi Fissamaawaati’tuunii. Juga diminta membaca surat Yusuf ayat 11 juz 12 tentang bacaan Isymam.
Bacaan isymam artinya bibir
mecucu/monyong di tengah-tengah dengung sebagai isyarat bunyi dlommah. Hal ini
pada bacaan laata’mannaa, seakan menjadi laata’manuna.
Setelah
selesai Beliau menjelaskan beberapa kelemahan saya, terkait kelemahan dalam
melafalkan qolqolah dan fawatihus suwar (cara membaca
huruf-huruf, kata atau kalimat dalam permulaan surat-surat Alquran). Setelah
itu saya keluar dengan membawa formulir yang disitu akan diterakan lulus atau
tidak. Ternyata saya lulus dengan catatan untuk memperbaiki bacaan qolqolah.
Tidak menyangka kalau saya bisa lulus. Mengaji dihadapan ustadzah yang memiliki
pendengaran yang sangat kuat, teliti dan cermat. Padahal tadi malam saya sudah
menyerah, artinya tawakal pada Allah. Bilamana tidak lulus saya harus lebih
memperbaiki cara membaca Alquran dengan benar. Hampir seminggu saya mempelajari
materi yang akan ditashihkan dengan tidak kenal lelah. Mungkin Allah menjawab
semua usaha saya. Terimakasih ya Allah atas semua nikmat-Mu hari ini.
Masya'Allah. Cerita inspiratif. Selamat ya Bu.😊
BalasHapusBarakallahufiik...
Mujahadah itu pahit, karena surga itu manis.
Salam Literasi
Terimakasih motivasinya dan kunjungannya. Apa yang panjenengan tulis benar adanya.
BalasHapus