Sebetulnya tahun lalu mutus arisan hewan kurban di masjid
Al-Anshor Bendo Ngadirejo. Tapi seorang Ibu sepuh meminta lot tersebut
untuknya. Ya sudahlah, menyenangkan Beliau yang ikut nabung dari hari panennya. Kala itu si Ibu nampak bahagia karena menunggu hampir 4 tahun lamanya. Akhirnya lot tersebut digunakan oleh Lek Lam. Allahpun memberi ganti yang lebih
indah bisa berkurban sendiri meski tidak dari arisan. Tahun ini adalah periode
pamungkas pengundian lot arisan di Masjid Al-Anshor. Dua minggu yang lalu
uangnya diantar ke rumah oleh ketua arisan, Bapak Edy. Pagi ini kambing sudah
diantar oleh penjualnya ke rumah. Kurban besok diniatkan untuk kakak biar berlatih berkurban. Begitulah bergiliran, dengan cara menabung dalam waktu satu tahun lamanya.
Sebetulnya semula sudah pesan ke saudara dekat, namun karena belum cukup umur, maka tidak berani menggunakan untuk kurban. Karena harus ada syarat yang patut dipenuhi untuk hewan kurban berupa kambing. Minimal berusia 1 tahun dan telah masuk tahun kedua. Tentunya hewan kurban harus sehat baik mata (tidak buta sebelah), tidak sakit, pincang, terlalu kurus, ataupun tidak memiliki sumsum tulang. Maka akhirnya membeli kambing dari daerah Bantengan, Bandung, Tulungagung. Pemiliknya memang peternak handal. Beliau pensiunan guru yang gemar beternak. Tiap tahunnya berhasil menjual kambing sekitar 34 ekor untuk kegiatan Idul Adha. Semua kambingnya sehat dan nampak bersih. Begitu pula kondisi kandangnya, sehingga para pembeli merasa puas.
Sejak datang si kambing terus berteriak/mengembek tiada hentinya. Menarik perhatian orang
sekitar. Bahkan merobohkan galvalum bekas atap teras. Akhirnya dipindahkan dari
tempat semula, si kambing ditambatkan/diikat. Karena Pak De menarik talinya dari kejauhan,
tidak menarik tali dekat lehernya. Si kambing ngamuk, Pak De terpental jatuh, namun tetap dipegang
talinya. Semua orang menyarankan untuk dilepas, namun Pak De tidak mau takutnya
lari tak bisa dikejar. Dibantu orang mengendalikannya, dipindah dengan ditarik
tali dekat lehernya. Si kambing menurut saja, namun tak jua mau berhenti
berteriak/mengembek. Padahal sudah diberi minum dan dicarikan rumput maupun
dedaunan. Sore harinya si kambing dipindah ke halaman rumah yang teduh. Mungkin
bisa diam, ternyata tetap saja gaduh.
Hal itu menarik perhatian tetangga yang memiliki induk
kambing yang siap melakukan fertilisasi. Dibawanya induk ke halaman rumah,
suami dan pak Jilan membantu keduanya melakukan reproduksi generatif. Proses
tersebut agak lama terjadi karena si betina kelihatannya belum siap melakukan
pembuahan. Namun akhirnya berhasil juga, keduanya melakukan pembuahan. Anehnya setelah kejadian itu, kambing jantan tidak membuat gaduh. Tiba-tiba diam, tidak mengembik dan
tidak gelisah. Entahlah, yang penting tidak menimbulkan polusi suara. Karena suaranya
benar-benar cetar sekali. Setelah semuanya berbuka puasa, si kambing jantan dikasih
minum lagi. Pejantan tangguh itu menjadi tenang tak berisik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar