Hari
Minggu bersama adik mengunjungi saudara
yang mengadakan selamatan boyongan rumah. Semula ia ngontrak di Batangsaren
untuk jualan kaos dan tempat sablon. Setelah punya rezeki membangun rumah di
Mangunsari. Dari perempatan Mangunsari belok kiri menuju rumahnya Mbak Dona. Rumahnya
lumayan kokoh lantai dua. Sangat sukses untuk ukuran pemula. Di usianya yang
masih muda ia mampu mandiri dan berhasil membangun usaha. Semua saudaranya
menekuni usaha dagang. Semula hanya menjual barang jadi sampai kini bisa menyablon sendiri. Selain dijual di toko juga ditawarkan pada toko online.
Namun
kakak sulungnya sedikit surut rezekinya. Karena banyak buka cabang toko dan dipercayakan
kepada orang lain. Orang yang dipercaya itulah yang tidak amanah. Dari peristiwa
ini dapat diambil pelajaran. Ketika membuka usaha sebaiknya ditekuni sendiri.
Jangan gampang menyerahkan pada orang lain, kecuali jika toko sudah dilengkapi
dengan peralatan memindai barang dengan baik. Kini sang kakak mulai bangkit
lagi. Merintis lagi dari awal. Sedangkan adik-adiknya yang dulu belajar dari
dia, kini mulai menuai hasil yang cukup lumayan.
Sambil
mencicipi makanan yang disediakan. Saya sangat tertarik untuk mendapatkan ilmu
darinya. Ia menceritakan semua usaha yang dirintis ditekuninya sendiri.
Karyawan yang bekerja padanya selalu di damping dalam bekerja. Ketika karyawan
bekerja, ia tidak hanya mengawasi namun juga turun tangan. Sehingga karyawannya
lebih semangat, dan mampu mengurangi tingkat kerusakan barang. Komitmennya selalu melayani pembeli dengan baik. Tepat waktu dan sesuai pesanan.
Darinya saya belajar etos kerja dan menghargai konsumen.
Setelah
selesai berbincang-bincang saya minta izin pulang. Namun adik mengajak mampir ke
rumah kakak. Akhirnya beli peralatan bayi. Karena yang akan kami singgahi baru
saja melahirkan. Akhirnya sampai perempatan Ngemplak belok kiri menuju rumah
yang dituju. Alhamdulillah, orangnya tidak sedang berjualan. Berada di rumah
menunggui cucunya. Jika di desa seperti di rumahku, tamu akan disiapkan kopi
atau teh hangat. Di rumah kakak ini, minumannya pucuk harum. Kalau di rumahku
yang MEWAH (MEpet saWAH), ada saudara datang disiapkan makanan nasi sama sayur
daun ketela. Tidak lupa sambal teri lauk krupuk dan tempe goreng. Di rumah
kakak disajikan bakso Solo, praktis dan siap saji.
Terlintas
dibenakku anakku sangat sensitif terhadap makanan dan minuman kemasan yang
banyak mengandung monosodium glutamate. Semoga nanti tidak ada efek buruk
padanya. Hidangan kami nikmati dengan lahap. Bakso Solo cukup menggoda
aromanya. Setelah selesai kami bezoek keponakan, segera pulang ke Trenggalek.
Mega merah mulai merona di langit sore. Melaju kendaraan menuju kotaku
tercinta. Selamat tinggal Tulungagung.
Pagi
itu ketika adzan subuh berkumandang, kami sekeluarga hendak menunaikan sholat
subuh berjamaah. Ketika baru saja takbiratulihram, anakku berlari meninggal
tempat sholat. Terdengar ia muntah-muntah sangat parah dan belum sampai kamar
mandi. Kami membatalkan shalat dan merawatnya. Muntahan yang lumayan banyak.
Wajahnya pucat pasi. Segera membersihkan lantai dan mengganti sarungnya. Berwudhlu
kembali dan segera menunaikan sholat subuh berjamaah. Ia sangat lemas dengan
badan panas tak berdaya. Karena hari Senin, maka saya tetap berangkat ke
sekolah. Meskipun hati terasa tidak tenang.
Ketika
pulang dari sekolah, ia tidur dengan ditemani Budenya. Suhu badannya panas
namun menggigil, layaknya orang kedinginan. Dokter praktik di daerahku bukanya pukul 16.00. Perutnya mual,
ketika disuapi beberapa sendok langsung keluar semua. Begitupun dengan minuman,
langsung tersembur dari mulutnya. Perutnya benar-benar bermasalah. Pandemi begini,
dengan gejala demam dan panas. Fikiran mengarah pada virus covid. Rasanya tidak sabar menunggu sore. Sementara waktu terasa bergerak lambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar