Selasa, 16 Maret 2021

Pencernaan yang Sensitif Terhadap Jajanan Luar Rumah

 

Hari Minggu  bersama adik mengunjungi saudara yang mengadakan selamatan boyongan rumah. Semula ia ngontrak di Batangsaren untuk jualan kaos dan tempat sablon. Setelah punya rezeki membangun rumah di Mangunsari. Dari perempatan Mangunsari belok kiri menuju rumahnya Mbak Dona. Rumahnya lumayan kokoh lantai dua. Sangat sukses untuk ukuran pemula. Di usianya yang masih muda ia mampu mandiri dan berhasil membangun usaha. Semua saudaranya menekuni usaha dagang. Semula hanya menjual barang jadi sampai kini bisa menyablon sendiri. Selain dijual di toko juga ditawarkan pada toko online.

Namun kakak sulungnya sedikit surut rezekinya. Karena banyak buka cabang toko dan dipercayakan kepada orang lain. Orang yang dipercaya itulah yang tidak amanah. Dari peristiwa ini dapat diambil pelajaran. Ketika membuka usaha sebaiknya ditekuni sendiri. Jangan gampang menyerahkan pada orang lain, kecuali jika toko sudah dilengkapi dengan peralatan memindai barang dengan baik. Kini sang kakak mulai bangkit lagi. Merintis lagi dari awal. Sedangkan adik-adiknya yang dulu belajar dari dia, kini mulai menuai hasil yang cukup lumayan.

Sambil mencicipi makanan yang disediakan. Saya sangat tertarik untuk mendapatkan ilmu darinya. Ia menceritakan semua usaha yang dirintis ditekuninya sendiri. Karyawan yang bekerja padanya selalu di damping dalam bekerja. Ketika karyawan bekerja, ia tidak hanya mengawasi namun juga turun tangan. Sehingga karyawannya lebih semangat, dan mampu mengurangi tingkat kerusakan barang. Komitmennya selalu melayani pembeli dengan baik. Tepat waktu dan sesuai pesanan. Darinya saya belajar etos kerja dan menghargai konsumen.

Setelah selesai berbincang-bincang saya minta izin pulang. Namun adik mengajak mampir ke rumah kakak. Akhirnya beli peralatan bayi. Karena yang akan kami singgahi baru saja melahirkan. Akhirnya sampai perempatan Ngemplak belok kiri menuju rumah yang dituju. Alhamdulillah, orangnya tidak sedang berjualan. Berada di rumah menunggui cucunya. Jika di desa seperti di rumahku, tamu akan disiapkan kopi atau teh hangat. Di rumah kakak ini, minumannya pucuk harum. Kalau di rumahku yang MEWAH (MEpet saWAH), ada saudara datang disiapkan makanan nasi sama sayur daun ketela. Tidak lupa sambal teri lauk krupuk dan tempe goreng. Di rumah kakak disajikan bakso Solo, praktis dan siap saji.

Terlintas dibenakku anakku sangat sensitif terhadap makanan dan minuman kemasan yang banyak mengandung monosodium glutamate. Semoga nanti tidak ada efek buruk padanya. Hidangan kami nikmati dengan lahap. Bakso Solo cukup menggoda aromanya. Setelah selesai kami bezoek keponakan, segera pulang ke Trenggalek. Mega merah mulai merona di langit sore. Melaju kendaraan menuju kotaku tercinta. Selamat tinggal Tulungagung.

Pagi itu ketika adzan subuh berkumandang, kami sekeluarga hendak menunaikan sholat subuh berjamaah. Ketika baru saja takbiratulihram, anakku berlari meninggal tempat sholat. Terdengar ia muntah-muntah sangat parah dan belum sampai kamar mandi. Kami membatalkan shalat dan merawatnya. Muntahan yang lumayan banyak. Wajahnya pucat pasi. Segera membersihkan lantai dan mengganti sarungnya. Berwudhlu kembali dan segera menunaikan sholat subuh berjamaah. Ia sangat lemas dengan badan panas tak berdaya. Karena hari Senin, maka saya tetap berangkat ke sekolah. Meskipun hati terasa tidak tenang.

Ketika pulang dari sekolah, ia tidur dengan ditemani Budenya. Suhu badannya panas namun menggigil, layaknya orang kedinginan. Dokter praktik di daerahku bukanya pukul 16.00. Perutnya mual, ketika disuapi beberapa sendok langsung keluar semua. Begitupun dengan minuman, langsung tersembur dari mulutnya. Perutnya benar-benar bermasalah. Pandemi begini, dengan gejala demam dan panas. Fikiran mengarah pada virus covid. Rasanya tidak sabar menunggu sore. Sementara waktu terasa bergerak lambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar