Menjadi
tutor teman sejawat merupakan hal yang sangat menyenangkan. Sekaligus penuh
tantangan. Kegiatan yang serupa dengan diseminasi pada tanggal 13 Maret
2021, sudah tiga kali saya lakukan. Semenjak pergantian Pengawas Madrasah dan Ketua KKM. Setiap ada perwakilan
guru yang dikirim mengikuti bimtek wajib untuk disampaikan kepada guru lain.
Agar ilmu yang diperoleh bisa diterapkan ke 8 madrasah di kecamatan Durenan. Kenyataannya KKM tidak bisa mengirim semua perwakilan madrasah, karena terbatasnya kuota.
Diseminasi
pertama tentang penilaian kurikulum 2013. Tiga orang yang dikirim untuk
mengikuti diklat penilaian K-13 yang dibimbing langsung oleh widyaiswara Balai
Diklat Surabaya. Meskipun pelaksanaannya di Aula Kemenag Kabupaten Trenggalek. Ketika
diseminasi kami bertiga menyampaikan materi secara bergantian. Kala itu Ibu
Arif menyampaikan penilaian KI-4. Ibu Khoirul Mualimah menyampaikan penilaian
KI-3 dan saya memaparkan penilaian spiritual dan sosial. Diseminasi berjalan
lancar, kepala madrasah saat itu berperan sebagai pendamping saja. Setelah
acara pembukaan selesai kepala madrasah duduk pada deret bangku belakang.
Yang
kedua diseminasi tentang bedah SKL soal Ujian Sekolah, guru yang dikirm sama.
Kami bertiga mengikuti diklat di MIN Prigi oleh pemateri yang sudah ditempa sepuluh
hari di Surabaya. Kami bertiga dan seorang kepala madrasah menuju lokasi
diklat. Saya dan Bu Khoirul numpang mobilnya kepala MI Kedunglurah. Sedangkan
Bu Arif dan Munir naik sepeda motor. Materi yang dipaparkan terkait pembuatan
kisi-kisi dan soal Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA. Seminggu kemudian kami
bertiga diminta untuk menyampaikannya kepada guru kelas VI sekecamatan Durenan. Saat itu setelah pembukaan para kepala madrasah memantau para guru dari deret bangku belakang juga.
Untuk diseminasi yang ketiga tentang penyusunan soal HOTS yang terintegrasi dengan AKM dan AKSI.
Guru yang dikirim untuk mewakili kecamatan, mengikuti diklat berasal dari 6
madrasah. Yakni dari MIM Kamulan, MI Tasmirit Tarbiyah, MIWB, MI Pakis, MI
Nurul Iman dan MI Semarum. Jadi ada dua
madrasah yang tidak ikut karena kuota. Setelah mengikuti bimtek kami berenam
mengikuti teknik meeting terkait pelaksanaan diseminasi. Kegiatan itu
dilakasanakan di MIWB Kamulan. Pada kesempatan itu saya diberi tugas
menyampaikan materi tentang penyusunan soal HOTS. Sedangkan kelima teman saya
menjadi fasilitator pendamping para guru ketika menyusun kisi-kisi dan soal UM.
Sebetulnya
saya mengelak tugas tersebut, karena mengingat materi penyusunan soal HOTS ini
cukup sulit. Namun setelah semua peserta teknik meeting menyaran agar saya yang
menyampaikan materi. Maka tugas tersebut saya terima. Yang cukup menguras
konsekuensi adalah permintaan dari pengawas madrasah. Agar materi disampaikan
dengan runtut. Meskipun pendamping kabupaten menerima materi selama tiga hari dan dipandu widyaiswara hebat. Namun kegiatan itu juga terkendala signal sehingga zoom meeting terasa kurang nyaman, terputus-putus.
Kemudian pendamping kabupaten mendiseminasikan materi tersebut hanya 6 jam. Pengawas
madrasah berharap fasilitator yang diberi tugas menyampaikan materi mampu melakukan tugas dengan baik, jangan sampai subtansi materi semakin surut. Pengawas
madrasah berharap fasilitator penyampai materi dapat membimbing peserta sampai
mampu membreakdown kompetensi dasar menjadi IPK, Indikator soal dan menjadi
soal level 1, 2 dan 3.
Tugas
berat inilah yang melalaikan kebiasaan saya menulis sunah digroup SPK
Tulungagung. Setiap malam saya belajar materi penilaian K-13, teknik penyusunan
soal HOTS dan diskusi dengan Bu Rini. Teman asyik berdiskusi tentang soal HOTS.
Belajar giat berharap materi yang disampaikan mengena ke para audien. Dalam
benak saya nantinya yang menjadi audien adalah para guru pengampu mata
pelajaran kelas VI. Biasanya Bapak pengawas dan ketua KKM akan memantau
kegiatan dari ruang transit. Namun anehnya para kepala madrasah yang semula duduk di belakang, justru maju duduk
manis pada deret bangku terdepan. Meraka tidak bergeming dari tempat duduknya
padahal pengawas madrasah dan ketua KKM sudah menuju ruang transit MI Pakis. Pada
detik itu pula saya harus meningkatkan komitmen untuk menyampaikan materi lebih
hati-hati dan runtut.
Karena para kepala MI di kecamatan Durenan adalah orang-orang yang hebat. Mareka lebih dahulu paham materi penyusunan soal HOTS. Begitu pula 7 dari 8 madrasah adalah kepala MI di bawah naungan Ma’arif. Yang sudah dibina dan menguasai soal HOTS. Karena Ma’arif telah menyiapkan timnya untuk membuat kisi-kisi soal yang melibatkan kepala madrasah dan guru terbaik mereka. Setelah melihat antusiasme para kepala madrasah yang duduk di depan saya mengubah strategi untuk menyampaikan materi dengan lebih tertata dan runtut. Yang semula akan berdiskusi dengan teman sejawat, menjadi memaparkan tanggung jawab kepada atasan saya. Ternyata setelah saya renungkan. Kepala madrasah ikut aktif mengikuti materi karena mereka nantinya akan menjadi fasilitator pendamping saat pembuatan soal dan kisi-kisi. Pun kepala madrasah berperan sebagai tim validasi soal. Untuk materi yang saya paparkan pada kegiatan diseminasi, besok saya tuliskan dalam blog ini. Meskipun sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar