Selasa, 19 Januari 2021

Menekuni dan Menikmati Pekerjaan Sehari-hari

 

Setiap pagi mengirim kegiatan belajar siswa kelas VI pada WAG classroom. Karena masih pembelajaran daring. Mulai dari mengingatkan shalat subuh, merapikan kamar tidur, mandi pagi dan sarapan, shalat dhuha dan tidak lupa menyiapkan peralatan belajar daring. Memulai belajar dengan berdoa mengajak melakukan gerakan yel-yel. Setelah tugas dibaca oleh anak-anak dan mereka mulai absen. Saya berangkat ke sekolah untuk melaksanakan piket. Setelah merapikan ruang guru dan menyapu halaman segera mengerjakan tugas mengisi buku induk kurikulum 2013. Mengisi nilai pengetahuan dan ketrampilan milik siswa kelas 1 MIM Kamulan. Pekerjaan yang butuh kehati-hatian dan ketelatenan. Tugas yang saya nikmati, siapa tahu kelak buku besar ini ada yang menelusurinya/membutuhkan.

Sambil mengisi buku induk kurikulum 2013, saya tetap online di WAG group kelas VI. Memandu siswa mengerjakan tugas. Menjawab pertanyaan siswa dan membimbing siswa yang belum memahami tugas yang harus dikerjakan. Siswa kelas VI merasa mudah mengerjakan tugas tematik. Untuk tugas tematik tidak banyak pertanyaan. Namun banyak yang kesulitan mengerjakan tugas bahasa jawa membuat ukara. Mereka meminta maaf belum bisa mengirim tugas bahasa jawa. Karena kesulitan membedakan ukara dan tembung. Apalagi ketika membuat ukara ini harus menggunakan seloka, bebasan dan paribasan. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan siswa melalui WA pribadi. Semua harus dijawab dengan telaten.

Langkah pertama menjelaskan bahwa ukara dalam bahasa Indonesia adalah kalimat, sedangkan tembung bahasa Indonesia adalah kata. Setelah itu meminta anak-anak untuk menemukan contoh-contoh seloka, bebasan dan paribasan. Contoh tersebut bisa ditemukan di Buku Tantri Basa maupun Pepak Basa. Beberapa anak telah mampu memberikan contoh seloka misalnya:  jamur tuwuh ing sela, kebo kabotan sungu, kebo nusu gudel. Contoh dari bebasan adalah udan tangis, ungak-ungak pager arang, sepi ing pamrih rame ing gawe. Sedangkan  yang termasuk paribasan adalah njajah desa milang kori, kenes ora ethes, durung becus kaselak besus.

Jawaban anak-anak cukup bervariasi contohnya Paijo rekasa uripe amarga anake akeh, kaya kebo kabutan sungu. Simbahku nate menehi pitutur,”yitna yuwana, lena kena”. Kaluarga korban cebloke kapal mabur sriwijaya pada udan tangis.  Jawaban di atas beberapa hasil kerja mereka yang paling baik dan runtut menggunakan bahasa jawa. Namun ada juga jawabannya campuran bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Aku karo bapak naik sepeda jajah desa milangkori. Miranda arep nukokake pensil, ternyata mung abang-abang lambe.

Setelah selesai melaksanakan kegiatan piket, segera pulang ke rumah. Sebagai warga yang hidup di desa, segera beranjak ke sawah. Karena mendapat kabar mesin pemanen telah turun ke sawah. Ganti baju naik sepeda pergi ke sawah. Warga telah berkumpul di tepi sawahnya masing-masing. Menyiapkan karung dan tali raffia. Sawah saya tidak luas, namun harus telaten diolah agar memiliki padi sendiri. Untuk persiapan ketika ada warga yang hajatan, tidak perlu beli beras. Yang terpenting kita berupaya dan mau bekerja keras. Sopir dan dua kernet mesin pemanen padi meminta karung, kemudian memasang pada besi yang ditaruh di bawah selip mesin. Hanya kurang lebih tiga puluh menit mesin telah menepi dan para kernet mesin pemanen meletakkan padi di pinggir sawah. Sopir menanyakan luas sawah dan menghitung jumlah uang yang harus saya bayar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar