Setiap
pagi mengirim kegiatan belajar siswa kelas VI pada WAG classroom. Karena masih
pembelajaran daring. Mulai dari mengingatkan shalat subuh, merapikan kamar
tidur, mandi pagi dan sarapan, shalat dhuha dan tidak lupa menyiapkan peralatan
belajar daring. Memulai belajar dengan berdoa mengajak melakukan gerakan yel-yel. Setelah tugas dibaca oleh anak-anak dan mereka mulai absen.
Saya berangkat ke sekolah untuk melaksanakan piket. Setelah merapikan ruang
guru dan menyapu halaman segera mengerjakan tugas mengisi buku induk kurikulum
2013. Mengisi nilai pengetahuan dan ketrampilan milik siswa kelas 1 MIM
Kamulan. Pekerjaan yang butuh kehati-hatian dan ketelatenan. Tugas yang saya nikmati, siapa tahu kelak buku besar ini ada yang menelusurinya/membutuhkan.
Sambil
mengisi buku induk kurikulum 2013, saya tetap online di WAG group kelas VI.
Memandu siswa mengerjakan tugas. Menjawab pertanyaan siswa dan membimbing siswa
yang belum memahami tugas yang harus dikerjakan. Siswa kelas VI merasa mudah
mengerjakan tugas tematik. Untuk tugas tematik tidak banyak pertanyaan. Namun banyak yang kesulitan mengerjakan tugas bahasa
jawa membuat ukara. Mereka meminta
maaf belum bisa mengirim tugas bahasa jawa. Karena kesulitan membedakan ukara dan tembung. Apalagi ketika membuat ukara
ini harus menggunakan seloka, bebasan dan paribasan. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan siswa melalui WA pribadi. Semua harus dijawab dengan telaten.
Langkah
pertama menjelaskan bahwa ukara dalam
bahasa Indonesia adalah kalimat, sedangkan
tembung bahasa Indonesia adalah kata.
Setelah itu meminta anak-anak untuk menemukan contoh-contoh seloka, bebasan dan paribasan. Contoh tersebut bisa ditemukan di Buku Tantri Basa maupun Pepak Basa. Beberapa anak telah mampu memberikan contoh seloka misalnya: jamur
tuwuh ing sela, kebo kabotan sungu, kebo nusu gudel. Contoh dari bebasan
adalah udan tangis, ungak-ungak pager
arang, sepi ing pamrih rame ing gawe. Sedangkan yang termasuk paribasan adalah njajah desa milang kori, kenes ora ethes,
durung becus kaselak besus.
Jawaban
anak-anak cukup bervariasi contohnya Paijo
rekasa uripe amarga anake akeh, kaya kebo
kabutan sungu. Simbahku nate
menehi pitutur,”yitna yuwana, lena kena”.
Kaluarga korban cebloke kapal mabur sriwijaya pada udan tangis. Jawaban di
atas beberapa hasil kerja mereka yang paling baik dan runtut menggunakan bahasa
jawa. Namun ada juga jawabannya campuran bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Aku karo bapak naik sepeda jajah desa milangkori. Miranda arep nukokake pensil, ternyata mung abang-abang lambe.
Setelah
selesai melaksanakan kegiatan piket, segera pulang ke rumah. Sebagai warga yang
hidup di desa, segera beranjak ke sawah. Karena mendapat kabar mesin pemanen
telah turun ke sawah. Ganti baju naik sepeda pergi ke sawah. Warga telah
berkumpul di tepi sawahnya masing-masing. Menyiapkan karung dan tali raffia. Sawah saya tidak luas, namun harus telaten
diolah agar memiliki padi sendiri. Untuk persiapan ketika ada warga yang hajatan,
tidak perlu beli beras. Yang terpenting kita berupaya dan mau bekerja keras. Sopir
dan dua kernet mesin pemanen padi meminta karung, kemudian memasang pada besi
yang ditaruh di bawah selip mesin. Hanya kurang lebih tiga puluh menit mesin
telah menepi dan para kernet mesin pemanen meletakkan padi di pinggir sawah.
Sopir menanyakan luas sawah dan menghitung jumlah uang yang harus saya bayar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar