Setelah
portal-portal pengamanan tradisi kupatan 2021 dibuka, akhirnya saya bisa
takziah ke rumah saudara. Almarhumah berdomisili di Kamulan. Kakakku yang
tinggal di Rejowinangun mampu menembus portal, ia bisa sampai lebih dahulu di
rumah duka. Saya hanya bisa memohon maaf pada keluarga yang ditinggalkan. Semoga Beliau husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Sepulang takziah nampak banyak warga desa di kecamatan Durenan
masih menerima tamu. Mulai dari desa Durenan, Kendalrejo, Semarum, Pakis dan
Kamulan. Para tamu menikmati hidangan ketupat. Setelah para aparat penjaga
keamanan selesai bertugas, mereka memanfaatkan untuk bertemu saudaranya
dipuncak perayaan Idul Fitri. Karena ada sebagian warga yang halal bihal bertepatan dengan hari raya ketupat. Ini biasanya bagi keluarga yang jauh, atau murid yang hendak sungkem pada guru/kyai. Hari Raya Idul Fitri digunakan halal bihal dengan keluarga dekat.
Serba-serbi
tradisi kupatan hari ini bisa jadi goresan cerita yang luar biasa di sepanjang
sejarah. Desa Durenan dipenuhi aparat keamanan. Setiap jalan tikus diportal dan
dijaga aparat. Yang cukup dramatis kejadian di rumah Ibu Ageng Sri Pratiwi.
Ketika Beliau kedatangan 10 tamu yang hendak menyantap ketupat. Rumahnya kena
sidak aparat, baik dari TNI, kepolisian dan wartawan. Ayah dari Ibu Ageng Sri
Pratiwi memohon kepada aparat agar tamunya diberi kelonggaran waktu untuk
menghabiskan hidangan. Yang hendak mengambil (belum dikasih sayur) langsung
diurungkan, pamit tuan rumah dan pulang. Yang sudah terlanjur disantap
ditunggui aparat sampai minta ijin pulang. Bagi Ibu Sri kejadian ini tentunya
akan dikenangnya seumur hidup. Sidak tidak hanya di rumah Bu Sri. Banyak rumah
yang didatangi aparat, karena nekat menerima tamu.
Banyak
warga yang menyayangkan kebijakan pemerintah Kabupaten Trenggalek. Kebijakan
yang dikeluarkan mendekati hari perayaan kupatan. Mereka terlanjur membeli bahan baku membuat ketupat dan lauknya. Padahal harga bahan mentahnya naik tiga kali lipat. Kacang panjang semula 1 kg Rp5.000, kemarin menjadi Rp 15.000. Belum harga nangka muda yang melonjak mahal. Namun saya sudah lama
mendengarnya, sekitar seminggu yang lalu. Meskipun belum berupa surat resmi. Masih desas-desus dari para istri aparat keamanan. Untuk itu saya peringatkan
teman-teman dekat agar mengurangi jumlah hidangan yang akan disajikan. Dari
pada hidangan yang dimasak dalam jumlah banyak menjadi mubazir. Kasihan juga
saudara yang dari kecamatan lain terpaksa harus dihalau kembali ke rumah
masing-masing. Semoga semua yang dilakukan pemerintah kabupaten untuk kemaslahatan warga Trenggalek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar