Meskipun
ada himbauan untuk tidak open house, sebagai anggota masyarakat sangat sulit
untuk menolak warga yang bersilaturahmi ke rumah. Pada hari pertama Idul fitri hampir
seluruh warga dusun datang ke rumah. Adat yang sudah melekat pada warga desa,
melakukan halal bi halal setelah shalat Idul fitri. Pada hari pertama yang
berkunjung hanya warga sekitar. Jumlahnya ratusan orang, karena kami tinggal
dibekas rumah mertua/cepuren. Jadi wajar jika banyak dikunjungi warga. Meskipun
cukup khawatir terjadi paparan covid-19. Warga yang berdatangan sampai
mendekati adzan dhuhur. Pada hari pertama ini kami bisa sungkem ke rumah ibuku
di Kamulan pukul 14.00. Setelah sudah tidak ada tamu lagi.
Pada
hari kedua yang berdatangan saudara dari desa lain. Mereka dari dusun Kranding
Desa Bendorejo, Sumbergayam, Sumberejo, Bulus, Ngadisuka, Sukarame dan Dusun
Conthong Bandung serta Desa Bantengan. Tamu masih cukup banyak. Padahal saya
tidak banyak membeli kue untuk disajikan di hari raya. Kue yang saya sajikan
hanya parsel dari sekolah dan dari teman-teman. Parsel yang saya terima cukup
banyak. Mulai dari minyak goreng, gula, kue janda genit, nastar, rengginang
lorjuk, kue kacang, biskuit. Biskuit ini mulai dari monde, kongguan,
chocholatos dari garudafood. Itulah sebabnya saya tidak beli kue lebaran. Takutnya
jajan yang terlalu banyak, tidak dimakan jadinya mubazir. Malam harinya ketika
sudah tidak ada tamu, kami berkunjung ke kakak tertua di desa Sumberejo
Durenan.
Halal
bi halal pada hari ketiga mendapat tamu dari Kamulan, Tulungagung dan Blitar.
Mereka sebelum berkunjung sudah membersihkan diri di rumah ibu di Kamulan. Kunjungan
yang membahagiakan, bertemu mereka hanya sekali dalam satu tahun. Mereka telah
sukses menjadi pedagang. Meskipun mereka bertamu, justru memberi sangu hari raya
untuk anak bungsuku. Kami bercengkerama dan bersenda gurau sangat lama. Seperti
melepas kerinduan selama satu tahun tidak bertemu. Sore harinya saya beserta keluarga
berkunjung ke rumah bulik di dusun Kranding. Karena kemarin hanya bertemu
dengan anak-anak dan menantunya. Ada tiga saudara yang harus kami kunjungi di
dusun tersebut.
Pada
hari keempat yang berkunjung ke rumah adalah saudara dari kakak iparku. Mereka
mengajak anak dan cucunya untuk halal bi halal. Ruang tamu menjadi penuh suka
cita. Karena mereka memang suka menceritakan kejadian yang lucu dan menghibur. Mendengar
candaan yang riuh, yang lainnya ikut bergabung. Jadilah ruangan penuh dengan
tamu. Mungkin inilah yang menjadikan tradisi halal bi halal sangat dirindukan
banyak orang. Meskipun sajian sederhana namun penuh kegembiraan.
Memasuki
hari kelima, tamu yang berkunjung adalah siswa-siswi alumni MIM Kamulan. Kini
mereka sudah memasuki bangku SMP, SMA bahkan sudah ada yang kuliah di Perguruan
Tinggi. Alhamdulillah, mereka masih ingat dengan gurunya. Anak-anak sangat
kerasan meskipun sajian sangat sederhana. Banyak cerita lucu yang menginspirasi
dan menghibur. Kisah mereka di sekolah, di madrasah boarding school dan acara
buka bersama yang tak bisa saya datangi. Sore harinya kedatangan anak-anak
kecil, teman mengaji si bungsu di Pondok Hidayatul Mubtadiin. Mereka berkunjung
hari ini karena kemarin masih halal bi halal di rumah saudaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar