Rabu, 06 Agustus 2025

Bersekolah Tanpa Terjadi Proses Pembelajaran

 



Schooling without learning
, bersekolah tanpa terjadi proses pembelajaran. Wacana tersebut menjadi perbincangan hangat di kalangan pendidik. Para pendidik yang memiliki pola pikir bertumbuh mulai introspeksi terkait tugas mengajarnya. Mencermati muridnya pergi ke sekolah rutin. Menghabiskan waktu berjam-jam di kelas, namun tidak menunjukkan hasil pembelajaran yang bermakna, kontekstual dan menggembirakan. Begitu pula di fase fondasi anak-anak usia dini tidak dibimbing bereksplorasi dan belajar dengan pengalaman langsung yang menyenangkan dan bermakna.

Orang tua guru masih berfikir bahwa belajar di fase fondasi harus duduk, menulis, mengerjakan LKS dan buku tema. Murid dianggap pintar jika sudah bisa meniru tulisan guru di papan tulis, mewarnai dengan rapi dan mengerjakan LKS. Padahal itu bukan ukuran utama meningkatnya perkembangan anak usia dini. Sungguh pola pikir tradisional (tanggapan para pakar pendidikan Paud).

Jika kita memahami kurikulum Paud, fokus utama stimulasi perkembangan, bukan hasil akademik. Kegiatan belajar seharusnya berbasis bermain, kegiatan eksploratif dan menggembirakan. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang kurikulum paud, maka LKS dianggap solusi paling praktis dan mudah dalam meyelenggarakan pembelajaran.

Para asesor mengkritisi prilaku ormit yang menjadikan LKS di fase Fondasi sebagai sumber tambahan dana bagi lembaga dan ormit. Juga menjadi sarana bagi pengurus pusat untuk bisa keliling nusantara bahkan luar negeri dengan bekerja sama antara pengurus ormit dan penerbit. Fakta di lapangan ada lembaga yang mencetak atau menjual LKS sendiri. Ada penerbit yang bekerja sama dengan guru, lembaga dan ormit. Akhirnya menimbulkan konflik kepentingan antara idealisme pendidikan dan kebutuhan finansial.

Para pemerhati pendidikan menemukan fakta bahwa para pendidik merasa LKS ini selain menguntungkan secara finansial juga memberi kemudahan bagi guru. Apalagi jika jumlah muridnya banyak atau guru kekurangan waktu untuk merancang ragam main sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan pendekatan ragam main memerlukan persiapan dan kreativitas yang tinggi. Solusi termudah mengajar menggunakan LKS.

Makanya perlu solusi dan upaya dari pendidik untuk berubah. Kepala sekolah perlu meningkatkan pemahaman guru dan orang tua tentang hakikat belajar anak usia dini. Pelatihan guru untuk merancang kegiatan kreatif tanpa LKS. Adanya kegiatan diskusi dengan orang tua tentang perkembangan anak yang lebih holistik. Mengganti LKS dengan portofolio belajar, dokumentasi foto, dan karya nyata anak.

Selasa, 05 Agustus 2025

E-learning Peningkatan Pemahaman Gratifikasi 2025

 


Alhamdulillah, lulusan dalam mengikuti program e-learning peningkatan pemahaman gratifikasi tahun 2025. Sering kita bertanya makna dari gratifikasi itu apa? Sejatinya gratifikasi itu biasanya berupa uang terimakasih, uang pelicin, uang rokok atau uang lelah. Gratifikasi ini sering terjadi karena masih adanya orang yang ingin diistimewakan, meminta perlakuan khusus dan tidak mengindahkan aturan hukum atau adanya permintaan gratifikasi dari pegawai negeri atau penyelenggara negara itu sendiri. Banyak kan praktik-praktik seperti ini? Ada juga gratifikasi illegal. Gratifikasi yang diterima oleh pegawai negeri/ penyelenggara negara yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugas pegawai tersebut. Samakah gratifikasi dengan suap?

Suap sejatinya pemberian baik berupa hadiah atau janji yang akan menarik kehendak pegawai negeri atau penyelenggara negara untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai kehendak pemberi suap. Pemberian tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhunungan dengan jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara. Pihak pemberi dan penerima suap dapat diproses hukum sebagai pelaku tindak pidana korupsi. Pernahkah kamu mengalami tindakan pemerasan? Atau justru pelaku pemerasan?

Pemerasan yang dimaksud disini adalah tindakan pegawai negeri atau penyelenggara negara secara aktif menawarkan jasa atau minta imbalan. Imbalan dimaksud adalah untuk mempercepat tercapainya tujuan, walaupun melanggar prosedur. Misalnya pejabat memaksa pengusaha untuk memberikan sejumlah uang agar izin usahanya disetujui. Ciri yang menonjol dari pemerasan adalah adanya permintaan sepihak dari penerima.

Sering kita menerima hadiah. Hadiah ini pemberian secara wajar. Tidak terikat sama sekali dengan jabatan. Hadiah dari suami/istri atau teman. Kalau gratifikasi pemberian dalam arti luas dan penerimanya pegawai negeri atau penyelenggara negara. Sedangkan gratifikasi illegal itu penerimanya pegawai negeri atau penyelenggara negara. Berhubungan dengan jabatan. Berlawanan dengan tugas dan kewajiban. Dapat mengarah ke bentuk korupsi tanam budi.

Kejadian ini sering terjadi di sekitar kita, meskipun digalakkan ZI.

Minggu, 03 Agustus 2025

Akreditas RA Tahun 2025

Bulan Agustus 2025 mulai dilaksanakan Akreditasi Raudhatul Athfal, terutama RA yang belum pernah diakreditasi. Kelompok kerja pengawas provinsi Jawa Timur mulai mengingatkan kepada binaannya untuk menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermutu. Guru diharapkan mulai memahami perkembangan kurikulum dengan adanya insersi 8-3-3-4-5. 8 merupakan dimensi profil lulusan yang terdiri dari keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, kemandirian, kesehatan dan komunikasi. Delapan profil harus diterapkan oleh guru RA mulai pagi melaksanakan penyambutan sampai dengan siang dijemput oleh orang tuanya.

Angka tiga menunjukkan prinsip pembelajaran mendalam seperti berkesadaran, bermakna dan menggembirakan. Ketika melaksanakan proses belajar mengajar guru RA diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sehingga memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Peserta memahami tujuan pembelajaran termotivasi secara instrinsik untuk belajar serta aktif mengembangkan strategi belajar menyenangkan menggunakan ragam main. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dibimbing agar dapat merasakan manfaat dan relevansi dari hal-hal yang dipelajari untuk kehidupan (kontekstual). Juga dibimbing mampu mengkontruksikan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama dan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Sedangkan pembelajaran yang menggembirakan ini akan terwujud jika guru RA mampu menciptakan suasana belajar yang positif, menyenangkan, menantang dan memotivasi. Suasana belajar yang menantang terjadi jika guru menyiapkan ragam main. Peserta didik merasa dihargai atas keterlibatan dan kontribusinya pada proses pembelajaran. Sehingga peserta didik terhubung secara emosional untuk lebih memahami, mengingat dan menerapkan pengetahuan.

Angka tiga berikutnya ketika asesor melakukan visitasi guru mampu menerapkan pengalaman belajar seperti memahami, mengaplikasikan dan merefleksi. Sedangkan angka 4 merupakan kerangka pembelajaran sebagai panduan sistematis dalam menyusun desain pembelajaran. Empat kerangka pembelajaran tersebut antara lain: praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pemanfaatan digital. Dalam melakukan pembimbingan terhadap peserta didik guru RA menerapkan kurikulum berbasis cinta dengan tema Panca Cinta (Cinta Allah dan Rosul, Cinta Ilmu, Cinta Lingkungan, Cinta diri dan sesama dan  cinta Negara).

Guru RA ketika akreditasi diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang bermutu. Tentunya harus diawali dengan memahami 3 poin penting pada standar proses yakni menyiapkan perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran  dan penilaian proses pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang bermutu guru RA harus memahami jenis-jenis gaya belajar anak seperti auditori, visual dan kinestetik. Pentingnya memahami gaya belajar anak karena gaya belajar ini merupakan kombinasi dari upaya peserta didik menyerap pengetahuan dan bagaimana informasi atau pengetahuan yang diperoleh diatur dan diproses. Karena beragamnya gaya belajar anak maka guru perlu menerapkan minimal 3 ragam main dari 5 jenis ragam main. Yakni sensorimotor, pembangunan, bermain peran, berbasis lingkungan dan pra membaca.

Jangan mengajar di RA dengan buku tema atau LKS ya ketika ada visitasi dari asesor?! Jika tetap dilakukan maka akreditasi di RA bisa TT atau nilainya C. Syukur jika memang dibiasakan tanpa buku atau LKS. Pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan mengunakan ragam main. Pra membaca bisa menggunakan kartu huruf, kartu kata atau menyusun huruf dan kata dari loose part. Begitulah pesan dari para pengurus koordinator pengawas RA Jawa Timur.


Sabtu, 02 Agustus 2025

Peran Bunda dalam Mendidik Anak di Era Digital

 


Perkembangan teknologi melaju pesat, menimbulkan tantangan yang hebat bagi para bunda yang merupakan sekolah pertama bagi buah hatinya. Anak-anak tumbuh dan berkembang di area yang penuh dengan kemudahan untuk mengakses game, media sosial dan informasi yang dikehendaki. Maka peran bunda sangat urgen untuk mendampingi anak-anak  dengan pendekatan yang bijak, keteladanan dan penuh kasih sayang.

Tantangan yang nyata adalah adanya akses tanpa batas untuk mengunduh informasi. Baik informasi negatif maupun positif dengan mudah diperoleh anak-anak. Banyak anak yang kecanduan gadget. Mereka mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap aplikasi whatsApp, facebook, instragam, tiktok, yuotube maupun game online. Paparan konten negatif mengandung unsur kekerasan, ujaran kebencian dan pornografi sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Anak-anak lebih nyaman dengan dunia maya dan sangat minim dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Sebagai sekolah pertama, para bunda seyogyanya sebagai role model bagi buah hatinya. Membatasi menggunakan gadget ketika bersama anak kecuali untuk urusan penting. Bunda sebaiknya menjadi pendamping buah hatinya ketika meraka berselancar di dunia maya. Etika menggunakan sosial media perlu ditanamkan sebagai wujud pendidikan karakter sejak dini. Memilih bahasa yang santun ketika berbalas pesan di aplikasi hijau. Memosting video, gambar  dan ujaran yang edukatif dan memotivasi orang lain.

Jadi mendidik buah hati terkait penggunaan gadget tidak sekedar melarang, merebut dan mengontrol mereka. Namun lebih mengena jika memberikan keteladanan dan pemberian pengertian terhadap penggunaan gadget. Dengan keteladanan Bundanya, buah hati kita akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas digital, santun menggunakan sosmed dan tetap terhubung dengan nilai-nilai kehidupan yang edukatif.  Kesalehan kita akan berpengaruh terhadap ana-kanak kita. (Motivasi diri.02/08/2025)

Kamis, 24 Juli 2025

Implementasi Madrasah Ramah Anak

 


Di madrasah siswa dilatih memiliki empati, mengelola perasaan, dan membangun hubungan sosial yang sehat. Siswa belajar mengenal emosi mereka. Memahami perasaan teman, Melakukan aksi nyata seperti berbagi, meminta maaf, dan membantu. Para pendidik menanamkan nilai kemanusiaan dan kebhinekaan sejak dini. Anak-anak dilatih untuk menerima perbedaan (agama, suku, gender, latar belakang) dan menghargai sesama. Hal ini penting agar madrasah menjadi tempat yang inklusif, tidak ada diskriminasi atau perundungan. Pendidik mendampingi siswa untuk tidak hanya tahu, tapi juga melakukan aksi positif.

Tugas kita tidak hanya berhenti di pengetahuan menyampaikan aturan saja, tapi mendorong siswa untuk bertindak. Melapor jika ada kekerasan, membela teman yang disakiti, mengajak teman bermain dan menyebarkan pesan damai. Beberapa langkah membimbing anak memiliki karakter hebat: 1)Mengenali Diri Sendiri : semua manusia memiliki kesamaan hakiki sebagai ciptaan Allah SWT, karena itu semua manusia berharga; 2)Mengenali Teman dan Lingkungan Sekitar: semua manusia diciptakan Allah SWT dalam keadaan berbeda-beda, maka perbedaan adalah sesuatu yang wajar dan perlu dihargai.

Ketika melakukan pendampingan terhadap anak agar mengenali dirinya sebagai ciptaan Allah SWT. Mereka didampingi melakukam afirmasi positif adalah pernyataan sederhana, singkat, dan membangun yang diulang atau diucapkan untuk menguatkan pikiran, perasaan, dan perilaku positif seseorang. Afirmasi ini digunakan untuk: meningkatkan rasa percaya diri. menenangkan emosi, mendorong perilaku baik, menumbuhkan semangat dan harapan. Peserta didik kita bimbing untuk mensyukuri keunikan dan keistimewaan dirinya serta menyemangati diri sendiri setiap hari. Peserta didik kita latih mengenal perasaan berdasarkan situasi yang dihadapi dalam kehidupannya, baik perasaan yang nyaman atau tidak nyaman. Berlatih mengenal perasaan, baik yang nyaman atau tidak nyaman dapat membantu peserta didik mengendalikan diri serta menghargai perasaan dirinya dan orang lain.

Siswa kita ajak mengenali bagian-bagian tubuhnya (kepala, tangan, kaki, dll) secara tepat. Siswa menyadari bahwa tubuhnya adalah anugerah dari Allah SWT yang harus disyukuri dan dijaga. Siswa kita bombing memahami fungsi utama bagian tubuhnya, serta pentingnya merawat dan menggunakannya dengan baik. Mmenggambarkan atau menunjuk bagian tubuhnya secara mandiri dan percaya diri. Menunjukkan sikap menghargai keberadaan dirinya dan orang lain meskipun ada perbedaan fisik. Kita damping mereka untuk membangun rasa percaya diri dan citra positif terhadap tubuhnya sendiri. Kita bimbing mereka untuk mengetahui bagian yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain. Hanya ibu dan dokter tertentu yang boleh menyentuhnya. Dokterpun Ketika memeriksa harus dengan pendampingan orang tua. Berani mengatakan tidak, jika ada yang berani menyentuh bagian tubuhnya yang paling pribadi. Peserta didik dibimbing mengetahui fase pertumbuhan manusia dan perubahan yang dialami oleh laki-laki maupun perempuan pada fase kehidupannya saat ini. Peserta didik juga dimohon dapat menyilang bagian tubuh yang mereka tidak suka jika orang lain menyentuhnya tanpa izin.

Yang tak kalah penting anak dilatih untuk mengenal temannya dan lingkungan sebagai ciptaan Allah SWT. Mengenal teman dan lingkungan sekitar adalah bagian penting dari pembelajaran sosial-emosional karena membantu anak: 1)Mengembangkan empati: dengan memahami latar belakang dan perasaan teman, anak belajar menghargai perbedaan dan membangun hubungan yang sehat; 2)Meningkatkan keterampilan sosial: Interaksi yang positif dengan lingkungan sekitar melatih komunikasi, kerja sama, dan kemampuan menyelesaikan konflik; 3)Membangun rasa aman dan nyaman: ketika anak merasa dikenal dan diterima, mereka lebih percaya diri dan siap belajar; 4)Menumbuhkan tanggung jawab sosial: Anak belajar bahwa mereka adalah bagian dari komunitas dan memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang positif.

MADRASAH RAMAH ANAK

 



Madrasah ramah anak merupakan impian anak, wali murid dan guru. Lingkungan madrasah yang aman, inklusif, sehat, dan menyenangkan. Menghargai hak dan kebutuhan anak. Sejatinya madrasah yang aman dan menyenangkan dapat terwujud dengan adanya kolaborasi antara madrasah, keluarga, dan masyarakat. karena adanya hubungan yang kuat antara  tindakan perundungan dan prestasi belajar. Semakin tinggi tindakan perundungan yang diterima oleh korban perundungan maka akan mengakibatkan semakin rendah prestasi belajar. Dampak kekerasan pada anak yang signifikan menimbulkan kecemasan, stress, dan rasa aman yang berdampak pada proses dan hasil pembelajaran serta fungsi kognitif siswa.

Anak memiliki 4 hak dasar yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Namun hak-hak tersebut tidak sepenuhnya dapat dinikmati oleh mereka. Maka perlu Pendidikan karakter untuk mewujudkan terpenuhinya 4 hak dasar tersebut. Pendidikan karakter juga bermanfaat untuk mencegah kekerasan terhadap anak. 19.629 anak korban kekerasan berdasarkan kelompok usia (SIMFONI PPA 2024): 11% anak usia 0-5 tahun, 33% anak usia 6-12% dan 56% anak usia 13-17 Tahun. Berdasarkan Asesmen Nasional Kemendikbudristek 2022: a) 34,51% (1 dari 3) peserta didik berpotensi mengalami kekerasan seksual; b) 26,9% (1 dari 4) peserta didik berpotensi mengalami hukuman fisik; c)36,31% (1 dari 3) peserta didik berpotensi mengalami perundungan.

Pendidikan karakter tidak hanya bermanfaat untuk membentuk karakter individu yang baik. Pendidikan karakter juga mengajarkan nilai-nilai regulasi diri serta penghormataan dan penghargaan merupakan kunci pencegahan kekerasan. Anak-anak mengetahui, makna dari mengetahui adalah memiliki pemahaman tentang apa yang benar dan salah. Pemahaman tersebut kemudian diikuti dengan kemampuan untuk meregulasi diri dalam berperilaku. Mereka juga merasakan, artinya memiliki kemampuan sosio emosional untuk merasakan dan mendorong kepekaan terhadap situasi dan perasaan individu lain.  Anak-anak dibimbing melakukan dengan cara memberikan dorongan moral untuk melakukan sesuatu hal yang benar dan merespon situasi tertentu dengan cara-cara yang mengedepankan prinsip non-kekerasan.

Jumat, 18 Juli 2025

Desain Pengembangan Kurikulum RA

 



Kurikulum  Raudhatul Athfal  (KRA) dikembangkan dan  dikelola  dengan  mengacu  kepada  struktur  kurikulum dan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah, dengan menyesuaikan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, madrasah  dan  daerah. Penyusunan Kurikulum  Raudhatul Athfal  (KRA), Tim Pengembang Kurikulum RA  diberikan kewenangan dalam menentukan format dan sistematikanya. Dalam penyelenggaraannya, Kurikulum RA akan menjadi Dokumen Hidup yang menjadi referensi dalam menyelenggarakan Pendidikan sehari-hari di madrasah.

TPKRA (Tim Penyusun Kurikulum RA) memulai dengan memahami secara utuh kerangka dasar yang ditetapkan oleh Pemerintah: Tujuan Pendidikan Nasional, Dimensi Profil Lulusan (DPL), Struktur Kurikulum, Prinsip Pembelajaran dan Asesmen, Pendekatan Pembelajaran, Capaian Pembelajaran.

RA yang sudah mempunyai Kurikulum Madrasah dapat  melakukan peninjauan dan revisi, menyesuaikan ketentuan yang berlaku serta kondisi dan kebutuhan madrasah dan warganya. RA menyiapkan TPKRA yang memahami bidang tugasnya dalam melakukan penyusunan/ revew kurikulum. RA menentukan waktu dan metode-metode serta instrumen-instrumen yang diperlukan dan merencanakan evaluasi dan revisi secara berkelanjutan dalam rangka memenuhi  perubahan ketentuan dan kebutuhan di madrasah.

Proses Peninjauan dan Revisi Kurikulum Madrasah

Kurikulum RA ditetapkan oleh kepala RA Bersama komite/yayasan. Pengawas RA dan Kemenag memastikan madrasah melibatkan warga madrasah berdasarkan potensi dan data. Peninjauan dapat dilaksanakan secara berkala menyesuaikan dengan kebutuhan RA. Revisi dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan kondisi aktual RA. Bagi yang sudah memiliki Kurikulum RA, proses peninjauan dimulai dari proses evaluasi yang dapat dibagi menjadi evaluasi lingkup kelas dan lingkup madrasah serta ketentuan yang berlaku. Evaluasi lingkup kelas (langkah 3-5) dilakukannya per semester/tahunan atau sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi jangka pendek dapat menggunakan data seperti observasi, FGD, kuisioner dengan warga madrasah (seperti guru, kepala madrasah, murid), orang tua dan rapor pendidikan. Hasil evaluasi ini dapat membantu kepala madrasah dan guru dalam memperbaiki pengorganisasian pembelajaran dan rencana pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran bisa meningkat. Evaluasi lingkup satuan pendidikan (langkah 1-5) bisa dilakukan setiap 4-5 tahun

 

Prinsip Pengembangan Kurikulum RA

Prinsip pengembangan kurikulum di RA adalah: 1)Pengembangan karakter, yaitu pengembangan kompetensi spiritual, moral, social, dan emosional peserta didik, baik dengan pengalokasian waktu khusus maupun secara terintegrasi dengan proses pembelajaran, 2)Fleksibel, yaitu dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan kompetensi peserta didik, karakteristik satuan Pendidikan, dan konteks lingkungan social budaya setempat, 3)Berfokus pada muatan esensial, yaitu berpusat pada muatan yang paling diperlukan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik agar  guru memiliki waktu yang memadai untuk melakukan Pembelajaran  Mendalam (Deep Learning) melalui pengalaman pembelajaran pembelajaran memahami, mengaplikasi, dan merefleksi.