Schooling without learning, bersekolah tanpa terjadi proses pembelajaran. Wacana tersebut menjadi perbincangan hangat di kalangan pendidik. Para pendidik yang memiliki pola pikir bertumbuh mulai introspeksi terkait tugas mengajarnya. Mencermati muridnya pergi ke sekolah rutin. Menghabiskan waktu berjam-jam di kelas, namun tidak menunjukkan hasil pembelajaran yang bermakna, kontekstual dan menggembirakan. Begitu pula di fase fondasi anak-anak usia dini tidak dibimbing bereksplorasi dan belajar dengan pengalaman langsung yang menyenangkan dan bermakna.
Orang
tua guru masih berfikir bahwa belajar di fase fondasi harus duduk, menulis,
mengerjakan LKS dan buku tema. Murid dianggap pintar jika sudah bisa meniru
tulisan guru di papan tulis, mewarnai dengan rapi dan mengerjakan LKS. Padahal itu
bukan ukuran utama meningkatnya perkembangan anak usia dini. Sungguh pola pikir
tradisional (tanggapan para pakar pendidikan Paud).
Jika
kita memahami kurikulum Paud, fokus utama stimulasi perkembangan, bukan
hasil akademik. Kegiatan belajar seharusnya berbasis bermain, kegiatan eksploratif
dan menggembirakan. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang kurikulum paud, maka
LKS dianggap solusi paling praktis dan mudah dalam meyelenggarakan pembelajaran.
Para
asesor mengkritisi prilaku ormit yang menjadikan LKS di fase Fondasi sebagai
sumber tambahan dana bagi lembaga dan ormit. Juga menjadi sarana bagi pengurus pusat untuk bisa keliling nusantara bahkan luar negeri dengan bekerja sama antara pengurus ormit dan penerbit. Fakta di lapangan ada lembaga yang
mencetak atau menjual LKS sendiri. Ada penerbit yang bekerja sama dengan guru, lembaga
dan ormit. Akhirnya menimbulkan konflik kepentingan antara idealisme pendidikan
dan kebutuhan finansial.
Para
pemerhati pendidikan menemukan fakta bahwa para pendidik merasa LKS ini
selain menguntungkan secara finansial juga memberi kemudahan bagi guru. Apalagi
jika jumlah muridnya banyak atau guru kekurangan waktu untuk merancang ragam
main sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan pendekatan ragam main
memerlukan persiapan dan kreativitas yang tinggi. Solusi termudah mengajar menggunakan LKS.
Makanya
perlu solusi dan upaya dari pendidik untuk berubah. Kepala sekolah perlu meningkatkan
pemahaman guru dan orang tua tentang hakikat belajar anak usia dini. Pelatihan
guru untuk merancang kegiatan kreatif tanpa LKS. Adanya kegiatan diskusi dengan
orang tua tentang perkembangan anak yang lebih holistik. Mengganti LKS dengan
portofolio belajar, dokumentasi foto, dan karya nyata anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar