Sabtu, 21 Juni 2025

Kurikulum Berbasis Cinta

 

Kurikulum Berbasis Cinta adalah sebuah kurikulum yang dirancang dengan menitik beratkan pada pengembangan karakter, pembelajaran berbasis pengalaman, serta perhatian mendalam terhadap aspek sosial dan emosional dalam pendidikan. Kurikulum ini bertujuan untuk melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.

Relevansi Teori Kurikulum Humanistik dengan Kurikulum Berbasis Cinta meliputi hal-hal sebagai berikut:1)Pusat Perhatian pada Peserta Didik; Kurikulum dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan minat peserta didik, bukan hanya untuk memenuhi tujuan akademis, 2)Pengalaman Belajar yang Signifikan; Belajar harus menjadi pengalaman yang bermakna dan relevan dengan kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitar, 3)Keterlibatan Emosional; Proses belajar harus melibatkan emosi dan perasaan peserta didik, bukan hanya kognitif atau intelektual saja, 4)Hubungan yang Mendukung; Guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan memfasilitasi proses belajar peserta didik, bukan hanya sebagai pengajar yang otoritatif.

Sekarang ini kita sedang menjalankan kombinasi teoritis. Artinya adanya kolaborasi kurikulum berbasis cinta dari Kemenag dan pendekatan deep learning dari kemendikdasmen menghadirkan pembelajaran yang lebih holistik dan transformatif. Ada akademisi yang berpendapat bahwa Kurikulum Berbasis Cinta adalah Nilai Cinta sebagai Inti/ruh pembelajaran. Sedangkan Pengalaman Belajar sebagai metode pembelajaran. Pembelajaran Mendalam  sebagai pendekatan pembelajaran.

Jadi, pola pikir yang perlu dibangun adalah Kurikulum Berbasisi Cinta Bukan tambahan, tapi penyatuan nilai integrasi tidak menambah beban, tetapi menyatu dalam setiap pembelajaran. KBC bukan program baru, tapi penyegaran cara mengajar tidak perlu membuat program terpisah, cukup memperbaiki pendekatan. Fokus pada proses, bukan format lebih penting bagaimana siswa belajar, bukan sekadar mengikuti format administratif. Lakukan perlahan dan konsisten tidak instan, tapi bertahap dan terus menerus dilakukan agar menjadi budaya.

Ingat!Integrasi nilai cinta, kebiasaan baik, dan pembelajaran mendalam tidak harus rumit. Yang penting: niat, keteladanan, dan konsistensi kecil setiap hari. Guru yang bahagia akan menularkan cinta dan semangat belajar. "Madrasah hebat lahir dari guru yang mencintai murid dan proses belajar, bukan hanya menyelesaikan target kurikulum."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar