Kurikulum Berbasis Cinta
adalah sebuah kurikulum yang dirancang dengan menitik beratkan pada
pengembangan karakter, pembelajaran berbasis pengalaman, serta perhatian
mendalam terhadap aspek sosial dan emosional dalam pendidikan. Kurikulum ini
bertujuan untuk melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran,
dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.
Relevansi Teori Kurikulum
Humanistik dengan Kurikulum Berbasis Cinta meliputi hal-hal sebagai berikut:1)Pusat Perhatian pada Peserta Didik; Kurikulum
dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan minat peserta didik, bukan hanya untuk
memenuhi tujuan akademis, 2)Pengalaman Belajar yang Signifikan; Belajar harus
menjadi pengalaman yang bermakna dan relevan dengan kehidupan peserta didik
sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri
mereka sendiri dan dunia sekitar, 3)Keterlibatan Emosional; Proses belajar
harus melibatkan emosi dan perasaan peserta didik, bukan hanya kognitif atau
intelektual saja, 4)Hubungan yang Mendukung; Guru berperan sebagai fasilitator
yang mendukung dan memfasilitasi proses belajar peserta didik, bukan hanya
sebagai pengajar yang otoritatif.
Sekarang ini kita sedang
menjalankan kombinasi teoritis. Artinya adanya kolaborasi kurikulum berbasis cinta dari Kemenag dan
pendekatan deep learning dari kemendikdasmen menghadirkan pembelajaran yang
lebih holistik dan transformatif. Ada akademisi yang berpendapat
bahwa Kurikulum Berbasis
Cinta adalah Nilai Cinta sebagai Inti/ruh pembelajaran.
Sedangkan Pengalaman Belajar
sebagai metode pembelajaran. Pembelajaran Mendalam sebagai pendekatan pembelajaran.
Jadi, pola pikir yang perlu
dibangun adalah Kurikulum Berbasisi Cinta Bukan tambahan, tapi
penyatuan nilai integrasi tidak menambah beban, tetapi menyatu dalam setiap
pembelajaran. KBC bukan program baru, tapi
penyegaran cara mengajar tidak perlu membuat program terpisah, cukup
memperbaiki pendekatan. Fokus pada proses, bukan format lebih penting bagaimana siswa belajar, bukan sekadar mengikuti format
administratif. Lakukan perlahan dan konsisten tidak instan, tapi
bertahap dan terus menerus dilakukan agar menjadi budaya.
Ingat!Integrasi
nilai cinta, kebiasaan baik, dan pembelajaran mendalam tidak harus rumit. Yang
penting: niat, keteladanan, dan konsistensi kecil setiap hari. Guru yang
bahagia akan menularkan cinta dan semangat belajar. "Madrasah
hebat lahir dari guru yang mencintai murid dan proses belajar, bukan hanya
menyelesaikan target kurikulum."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar