Rabu, 22 Mei 2024

Ujian Lelaki Shalih dan Santun


7 Mei di pagi buta Lek Kar sudah mengantar sayur gude. Nampak lezat, santannya kental menempel pada polong gude. Menitip kunci rumah, ternyata Lek Ker hendak mengantar anaknya ke Pengadilan Agama. Perkawinan sudah tidak bisa dilanjutkan. Kemarahan seorang suami yang melihat hp istrinya terdapat gambar tidak senonoh yang dikirimkan pada orang lain. Menatap kepergiannya dengan mata berkaca-kaca. Begitu teganya mempermainkan pernikahan. Padahal Lek Kar menganggap menantunya seperti anaknya sendiri. Logikanya jika memenuhi undangan Pengadilan Agama, tentunya masih ingin melanjutkan pernikahan. Jika tidak pastinya tidak didatangi biar cepat selesai.Untuk apa mempertahankan perempuan yang tidak mampu menjaga marwah dirinya.

Pukul 07.37 WIB Lek Jo mengambil kunci. Beliau baru pulang dari sawah, mengikat padi yang leseh dihempas angin. Musim angin, padi yang hendak dipanen leseh sejajar tanah. Ketika basa basi Lek Jo tak sengaja menceritakan (curcol) keinginan Ihsan mendatangi Pengadilan Agama. Bukan ingin mediasi melanjutkan pernikahan. Tapi ingin meluruskan pada Dewan Hakim Pengadilan Agama bahwa gugatannya tidak ada yang benar. Ketika Ihsan izin pulang, teman-teman di kantornya memberi support untuk mendatangi panggilan. Wah, ternyata Mas Ihsan mendapat support system. Semoga dukungan mental dan emosional dari teman-teman menguatkannya. Teman-teman di kantornya sepakat  agar tidak ada lagi laki-laki baik yang menjadi korban perempuan itu. Tidak melaksanakan tugasnya sebagai istri yang baik, justru bergaya hidup layaknya orang kalangan atas. Perempuan yang tidak tahu balas budi, tidak menghargai kebaikan orang lain. 

Sore harinya Lek Kar bertandang ke rumah. Ternyata di PA tidak lama hanya mencocokkan data. Fihak perempuan tidak datang. Mewakilkan pada pengacaranya. Pengacaranya seorang wanita yang telah berumur. Di ruang tunggu PA Si Pengacara menanyakan adakah keinginan putra Lek Kar melanjutkan pernikahan. Pengacara tersebut menanyakan sampai tiga kali dijawab tegas, tidak! Lek Kar bukan orang modern, jadi baginya pergaulan bebas adalah tabu. Pengacara itu apakah tidak punya anak? Gimana jika kelak si pengacara ada di posisinya? Kok mau membela perempuan tidak benar? Begitulah pertanyaan Lek Kar. Bisa jadi pengacara hanya menuliskan laporan sepihak dari penggugat. Bisa pula gugatan dibuat menekan tergugat biar cepat selesai dan menerima uang lelah. Bisa pula istri Ihsan manipulatif mampu berperan sebagai orang tersakiti dihadapan pengacaranya. Itulah prediksiku. Semoga Lek Kar memperoleh keadilan.

Ya Allah semoga Mas Ihsan yang santun, shalih dan baik hati kelak menemukan perempuan yang benar-benar baik dan shalihah. Yah, tidak semua guru bergaya hidup modern dan mengikuti pergaulan bebas. Masih banyak ibu guru yang baik dan shalihah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar