Minggu, 19 Mei 2024

Istri yang Memiliki Sikap Tawadhu’

 



Perempuan  karir yang memiliki sikap tawadhu’ terhadap suami merupakan perempuan luar biasa. Tidak menganggap suami lebih rendah darinya baik dari segi pendapatan maupun pengetahuan. Mampu menghargai suami dan buah hatinya. Memiliki kemampuan  menjaga komunikasi yang baik dengan anggota keluarga. Mendiskusikan pembagian tugas dan kewajiban dengan proporsi yang bijak. Memiliki cinta kasih yang tak luntur untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga. Mampu menyelesaikan rintangan dengan santai dan tawakal pada Allah. Tangguh menerima ujian hidup yang tak sesuai ekspektasi. Segala cobaan, anugerah maupun karunia kita hadapi dengan tawakal, ikhlas dan penuh rasa syukur sehingga mendatangkan ketawadhu’an.

Namun terkadang anugerah sebagai sosok multasking, bisa menjalankan berbagai pekerjaan dalam satu waktu. Memiliki gaji dan jabatan yang lebih tinggi dari suami menjadikannya takabur dan semena-mena terhadap suami. Istri menjadi sangat dominan dalam mengambil keputusan. Suami harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Mulai dari ngurus anak, ngepel, masak, cuci baju maupun cuci piring. Semakin eksis di dunia kerja bisa jadi keluarga menjadi korban dan mendatangkan mudharat bagi keluarga.

Jika terjadi demikian, maka niat kita menjadi wanita karir wajib direvisi. Semua anugerah sebagai wanita karir ini wajib disyukuri, dinikmati dan dilakukan dengan tujuan ibadah lillahi ta’aala. Seyogyanya kita meminta dukungan dan doa dari suami dan buah hati. Karena rezeki kita yang lebih tinggi dari suami merupakan nikmat Allah kepada keluarga kita. Tentunya melalui gaji istri yang lebih tinggi. Ini merupakan sedekah bagi istri yang telah menafkahi keluarganya.

Wanita karir merupakan impian banyak perempuan. Ketika ditakdirkan menjadi wanita karir maka marilah kita awali dengan mengucapkan rasa syukur atas segala kekurangan dan kelebihan yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Mengawali tekad kuat menjalani takdir ini dengan ikhlas agar hidup lebih damai meskipun belum sesuai dengan ekspektasi. Mempersiapkan hati untuk menerima ujian dan anugerah  dengan ikhlas dan tawakal. Agar hidup terasa ringan. Semoga Allah menjadikan putra putri kita berbakti pada orang tua dan guru. Taat pada Allah dan menjadi anak yang shalih dan shalihah. Tetap taat dan berbakti pada suami sesuai tuntunan Al-Quran dan Al Hadits. Aamiin.

2 komentar:

  1. Terima kasih catatannya, Bu Mus. Sedikit sharing, saya dengan suami, pernah saling bertukar peran. Saat itu COVID-19, dan posisi saya yang bekerja. Seluruh rumah digarap oleh beliau, termasuk masak hingga menyiapkan makanan. Hal itu bukan berarti sebagai perempuan tidak hormat kepada suami. Hanya saja, kita memang saling mengisi, saling menghargai, dan berterimakasih atas semua yang kita lakukan. Bias gender di sini kami pelajari dan praktikkan. Sekarang saya bekerja mas nggih bekerja. Alhasil, pekerjaan rumah menjadi kebutuhan bersama. Sebab dua-duanya berjuang. Semoga sakinah till jannah dengan Pak Suami, nggih Bu. Surga kita ada di rida beliau.

    BalasHapus
  2. Aaminn.
    Bu Doktor...indah sekali rumah tangga yang memiliki kesepakatan yang baik seperti keluarga panjenengan. Semoga kulo dan panjenengan senantiasa diberi dukungan oleh suami. Suami kita... ridho menggantikan kita di kala ada tugas mbolang (saya ini) berhari-hari. Semoga Ibu sukses selalu

    BalasHapus