Selasa, 21 Mei 2024

Cara Allah Menolong Hambanya

 

30 April Lek Karjo terlihat termangu. Sesekali tersenyum miris, antara marah dan sinis. Mengulurkan amplop coklat. Pukul 16.45 WIB cuaca sejuk, maka kami mendiskusikan isinya di pematang sawah. Para petani mulai naik, menapaki pematang mengucapkan salam perpisahan pada tanaman palawijanya. Maklum sawah ini cukup tinggi tidak bisa ditanami padi. Namun hasilnya melebihi padi. Cabe yang mulai memerah, bawang merah daunnya sudah tak hijau lagi, begitu pula melon dan mentimun. Lek Kar memulai bercerita. Mendengar kisahnya, terasa sesak dada ini. Lek Kar akhirnya menyadari bahwa dirinya memang orang jadul. Berprinsip ilmu agama yang diresapinya terasa masih sedikit tapi dilakoni. Orang yang mengatakan agama yang ditekuni cukup tinggi. Selalu izin ikut kajian di berbagai kabupaten, namun berprilaku tidak senonoh. Prilaku seperti itu menurut Lek Kar tabu, apalagi dilakukan seorang guru. Tanpa menyela, tetap mendengarkan curhatannya. Biar yang menyesakkan hatinya terurai, lebur bersama semilirnya angin sore.

Ketika Lek Pri naik ke pematang mengantar mentimun, kami menyapanya. Diskusi jeda sejenak, fokus membicarakan harga hasil petani yang naik turun seperti iman manusia. Lek Pri undur diri, kamipun mengucapkan terimakasih atas kebaikannya. Beginilah enaknya rumah MeWah (Mepet saWah). Pernah suatu ketika Lek Pri mengerjakan orang memanen bawang merah, kala itu bawang merah lagi meroket harganya. Langkah kaki tak hentikan, balik kanan tidak jadi metik sayur. Jangan sampai ditawari bawang merah. Alhamdulillah sorenya, sudah ada beberapa gantang bawang merah. Semoga Allah melapang rezekinya.

Lek Kar mencoba menegakkan dadanya, hembusan nafas berat, rapuh! Beberapa kali terdengar bibirnya beristighfar dan membaca kalimat thayyibah hauqalah. Mencoba menenangkannya dengan bertutur sederhana. Tidak semua guru berani memotret dirinya dalam kondisi vulgar dan mengirimkan pada orang lain. Ribuan guru-guru perempuan mampu menjaga marwah dirinya. Menjaga nama baik profesi dan instansinya. Banyak guru yang taat pada suami dan mertuanya, meskipun mengajar di sebuah madrasah yang sederhana.

Bila adanya guru yang mengajar di sebuah instansi yang menurut kami istimewa dan melakukan hal yang tidak baik. Dia hanya segelintir sosok yang belum mampu menahan hawa nafsunya. Tergiur bujuk rayu syetan dan kenikmatan sesaat, melupakan kehormatan dirinya sebagai calon madrasah pertama bagi putra putrinya kelak. Dengan memeluk erat tubuhnya yang terisak-isak. Tutur sederhana yang bisa dibisikkan, mungkin ini cara Allah menyayangi keluarga Lek Kar. Andai lanjut bermaksiat, menginap di tempat lain, melarikan diri dari rumah, pulang lagi, dan terus menerus dilakukan. Kasihan suami yang telah bersusah payah mencari nafkah justru istrinya demikian. Belum lagi penyakit yang akan tertular bila seperti itu.

Sesungguhnya Allah sedang menolong hambanya yang tulus dan taat pada-Nya. Meskipun dengan cara yang menyesakkan dada. Namun bila kita tetap berada di jalan yang lurus dan tidak membalas perbuatannya. Isnya Allah akan diganti yang lebih baik dan shalihah berbakti pada suami dan mertua. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar