Sabtu, 28 Mei 2022

Makam di Tengah Jalan


Siang itu, pulang dari mengajar melewati jalan desa. Tak menyangka jalan itu sudah tidak boleh dilalui. Padahal pagi tadi, belum ada palang penutup. Ternyata  ada kegiatan ‘temu pengantin’. Berangkat sekolah tadi, masih diberi ruang untuk lewat. Meski hanya cukup untuk dilalui satu motor. Begitu pula ketika hendak beli ID Card (untuk kartu PAT) ke toko buku, masih bisa lewat situ. Sekarang benar-benar di palang. Patut dimaklumi  karena lagi musim manten. Akhirnya balik kanan, lewat belakang sekolah. Menyusuri jalan tikus, meskipun masih saja terhalang mobil para pengantar pengantin. 

Alhamdulillah, terlepas dari rombongan pengantar pengantin yang memenuhi jalan desa. Mobil diparkir tidak teratur di kanan kiri jalan. Sampai di perempatan Balai Desa Kamulan melaju ke arah barat. Mengantar Ibu guru senior sampai depan rumahnya, di depan Masjid Sunan Kalijaga. Memang saya lagi membonceng Beliau. Melanjutkan perjalanan menuju desa Pakis. Ada tenda pengantin juga! Jalan desa benar-benar tertutup bangunan tenda pengantin. Nanar mencari jalan alternatif, melewati jalan tikus ke arah barat. Prediksi sementara jalan yang akan saya lalui menuju desa Pakis Barat ( Barat SD Pakis). Motor saya rem, berhenti sejenak. Depan saya beberapa meter, nampak jalan kecil dari batu bata licin. Nun jauh terlihat jalan berpaving, karena yakin saya lalui saja.

Jalanan terasa semakin menanjak, merasakan firasat tidak baik. Jalanan yang tadi kelihatan seperti jalan  paving tidak ada (berarti ini fatamorgana). Pembiasan cahaya pada siang hari! Jalanan semakin licin dan menanjak. Deg!! Di tengah-tengah jalan nampak pemakaman. Astaghfirullah! Berarti ini jalan menuju makam desa. Mungkin deretan makam pegunungan Watublandong yang membentang dari  desa Pakis, Kamulan  sampai desa Gador. Motor saya yang ‘bongsor’/besar, sulit saya putar balik, licin dan sempit. Dengan rasa ketakutan yang memuncak, mencoba pelan-pelan memutar motor agar tidak masuk kubangan air. Jalan terlalu curam, licin. Arah kiri kubangan air yang cukup dalam. Entah berapa kali saya baca ayat kursi untuk meredakan rasa takut yang menguasai diri. Meskipun agak kesulitan berhasil turun menuju desa Kamulan lagi. Alhamdulillah, sudah tidak menemukan tenda lagi. Akibat kurang fokus tersesat sampai pemakaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar