Pukul 15.52 WIB masih
setia menunggu detik-detik pulang kerja. Menggerakkan tubuh yang penat setelah
menyelesaikan tugas administrasi harian. Masih ada waktu 8 menit lagi! Berbincang
santai dengan Ibu Penyuluh Agama Durenan. Terkait riuhnya para pegawai menyiapkan
berkas kenaikan pangkat tahunan. Handphone saya berdering, teman mengajak
diskusi tentang ibunya yang menjawab video call-nya dengan nada tinggi. Ibu
penyuluh bijak meninggalkan saya yang berbincang-bincang via daring (ana
catur mungkur). Seorang anak yang dalam kondisi terlihat baik-baik saja
dan mapan, terkadang menyimpan banyak luka dibalik senyumannya, ketegarannya.
Begitulah isi diskusi sore ini via daring. Ibunya yang terbaring sakit, selalu
menuntut lebih dari yang ia mampu berikan. Ibunya menginginkan ia dan saudara-saudaranya
mencukupi kebutuhan hidup adik kandung yang merawat ibunya. Pun biaya sekolah
keponakannya. Dari nada bicaranya yang parau, berbalut kesedihan. Beban
keluarganya sendiri tidak ringan. Membiayai anaknya yang masih kuliah. Membantu
kedua anak dan menantunya yang tidak kunjung dapat pekerjaan.
Ketika ada kesempatan
untuk menyela curhatannya. Mencoba menyisipkan kalimat yang mencoba
menghiburnya. Sekaligus kalimat ini juga menasehati/ menghibur diri saya sendiri. Tentang
beberapa amalan-amalan yang akan menjadi pintu masuk ke surga. Seperti pintu sedekah, puasa,
merawat orang tua (baik merawat dengan tangannya sendiri/ mencukupi
kebutuhannya). Kami berbincang tentang hadits nabi yang diriwayatkan Bukhari
Muslim. ’Barang siapa menginfakkan
hartanya di jalan Allah. Niscaya ia kan dipanggil dari pintu-pintu surga:”Wahai
hamba Allah, ini adalah kebaikan. Siapa orang yang giat mengerjakan shalat, ia
akan dipanggil dari pintu shalat. Siapa yang termasuk orang yang berjihad, ia
akan dipanggil dari pintu jihad. Siapa yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil
dari pintu ar-Rayyan. Dan barang siapa termasuk orang yang gemar bersedekah,
maka ia kan dipanggil dari pintu sedekah”
Sedangkan pintu
lainya apabila kita mampu merawat orang tua secara langsung atau mencukupi
kebutuhannya selagi orang tua kita masih hidup. Nabi Muhammad SAW bersabda:”Orang tua adalah pintu surga yang paling
baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian menjaganya” (HR.
Tirmidzi). Sesungguhnya sebaik-baik pintu yang menjadi wasilah masuknya
seseorang ke dalam surga, juga menjadi wasilah bagi ia untuk mendapat derajat
yang tinggi ialah dengan menaati orang tua dan merawat di sampingnya. Namun jika
jarak yang jauh dari orang tua, kita bisa mencukupi kebutuhannya.
Namun bagaimana jika
orang tua menguji kita dengan kalimat-kalimat menuntut? Kalimat-kalimat yang
selalu tidak puas dengan segala yang kita berikan. Mungkin saat itulah kita harus
mengingat kembali ketika ibu melahirkan dengan bertaruh nyawa. Merawat kita dengan
telaten, meskipun terkantuk-kantuk menggendong bayi yang tidak puas-puasnya
menyusu. Tidak puas-puasnya minta ditimang dan digendong. Kala itu kondisi kita
tidak berdaya (baru lahir). Sama seperti kondisi orang tua kita yang sakit,
tergeletak tidak berdaya. Terdengar isak tangis di seberang, sayapun berurai air mata.
Membaca kisahnya mengingatkan saya pada sosok Ibu. Jadi rindu Ibu.
BalasHapusSaya juga begitu. Segera menemui Ibu
BalasHapus