Sore tadi hujan deras diiringi petir yang
menyambar keras. Membuat siapapun yang berada pada kondisi itu menggantang
asap. Menengok ke belakang. Nyatanya perjalanan hidup itu penuh dengan riak.
Tidak mulus, penuh dengan ujian hidup. Adakalanya merasa pada posisi sejajar
dengan tanah, tiarap. Merasa sulit untuk berdiri dan menegakkan badan. Setiap
langkah yang dipilih tak satupun yang benar. Selalu terkulai dan terkapar tak
berdaya.
Pada posisi ini, ujian datang silih
berganti. Pada posisi ini, kita dapat mengukur kadar tawakal pada Allah. Mampukah menerima
ketentuan dari Allah? Takdir Allah. Manut, terhadap ketentuan-Nya.
Berjuang keras untuk bangkit. Melaksanakan perintah-Nya. Sabar menghadapi semua
rintangan dan tantangan yang telah digariskan oleh Allah. Sehingga terlihat, siapapun tidak mampu merobohkan kita. Padahal kita dalam posisi tidak baik-baik
saja.
Pada tahapan selanjutnya kita menata hati
untuk lapang, rileks, selalu tersenyum, sabar dan tawakal. Dengan menghadirkan
Allah dalam setiap langkah kita, setiap hembusan napas. Dalam setiap langkah
kita melangitkan doa-doa dan harapan agar tidak terperosok dalam fitnah dunia. Ujian
yang datang pada kita bukan hanya karena kita mampu, kuat dan hebat. Namun
untuk mengukur kadar tawakal kita pada Allah dengan menunjukkan seberapa kuat
kita menundukkan kepala memohon ampunan, pertolongan agar ujian cepat berlalu.