Minggu, 11 Agustus 2024

Kebaya Melambangkan Keanggunan Wanita Indonesia

 


Kemarin siang setelah menyaksikan lomba senam kreasi di depan kecamatan Gandusari segera meluncur ke Durenan. Giat Durenan mulai pukul 08.00 mengadakan lomba baris kreasi. Start dimulai dari balai desa Malasan dan finisnya dekat pasar kambing desa Durenan. Untuk memberi motivasi teman-teman Ikatan Guru Raudhatul Athfal kecamatan Durenan, maka asyik jika melihat kreasi mereka. Inginnya melihat distart, ternyata teman-teman IGRA sudah jalan. Akhirnya menunggu dekat rumah  Ibu Maslakah, beliau perawat yang biasanya membantu para pasien sakit gigi. Tempatnya agak teduh dan parkir luas. Bergabung dengan para Ibu sepuh melihat baris di tempat itu. Kelihatannya ibu-ibu pensiunan guru atau pegawai kantoran. Beliau membicarakan kebaya yang sering dipakai perempuan pada zamannya, pada acara hajatan maupun acara resmi. 

Merekapun mengomentari kebaya yang digunakan peserta baris yang baru saja lewat. Kebaya ketat dan jarik (kain panjang) belahan sangat tinggi. Beberapa pakai legging senada dengan warna kulit, banyak yang tidak pakai legging karena warna kulitnya sudah bagus. Para ibu membandingkan kebaya yang digunakan peserta baris dengan kebaya yang digunakan para gadis di zamannya. Seorang ibu memberikan pendapat jika belahan tinggi digunakan untuk mempermudah gerak karena sedang mengikuti lomba baris berbaris. Namun sebagian besar dari mereka, tetap bersikukuh dengan pendapatnya, model kebaya ibu muda sekarang tidak melambangkan keanggunan wanita Indonesia. Bagaimanakah model kebaya yang melambangkan keanggunan wanita Indonesia?

Seorang ibu memaparkan kebaya bisa pakai kutu baru atau biasa. Namun cukup untuk menutup pantat perempuan. Selendang senada dengan baju, ataupun sama dengan jarik. Lilitan stagen umumnya digunakan pada kebaya dengan model kutu baru. Jarik/kain panjang pada zaman dahulu, berupa lembaran yang di wiru atau dilipat-lipat kecil. Lipatan/wiru hendaknya ganjil, 3 sampai 11 lipatan. Semakin banyak lipatan semakin bagus, tentunya bagi perempuan langsing. Lebar wiru untuk perempuan 2 jari sedangkan bapak-bapak 3 jari. Misalkan ada jarik yang sudah dijahit tetap sopan karena timpahan kainnya cukup lebar sehingga paha tidak kelihatan. Lengkap sekali informasi dari ibu-ibu tersebut, senang mendengarnya. Sekarang ada jarik elastis, tinggal pakai,  all size dan mudah untuk digunakan untuk baris. Namun kurang mempesona bagi para ibu-ibu muda.

Pesan dari ibu-ibu tadi sangat mengagumkan tentang kebaya bagi kaum wanita Indonesia. Kebaya itu melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan dan keteguhan perempuan Indonesia. Kenapa kebaya biasanya dipakai dengan paduan jarik (kain panjang), melambangkan sifat dan tampilan perempuan yang lembut. Lilitan kain yang ketat membuat perempuan bergerak lembut dan penuh kehalusan. Perempuan sebaiknya lembut dalam bertutur kata dan halus dalam bertindak. Potongan kebaya dibuat mengikuti bentuk tubuh/melekat, melambangkan perempuan harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dan mandiri. Lilitan stagen/ikat pinggang kebaya menyimbolkan usus yang panjang, dalam filosofi jawa, bermakna punya kesabaran yang tinggi. Inggih Ibu siap!

Dengan sopan saya pamit, salim kepada ibu-ibu tersebut. Karena teman-teman dari IGRA Durenan yang ikut baris sudah kelihatan. Mereka penuh semangat dengan menyanyikan lagu di sepanjang perjalanan menuju panggung penghormatan.

Rabu, 07 Agustus 2024

Cerita Mesra di Taman 360

 





Pada tanggal 6 sampai 7 Agustus 2024 diadakan Kegiatan Pengembangan Kampung Moderasi Beragama dan Kemah Moderasi Beragama. Tema dari acara ini adalah ‘Moderasi Beragam, Bersatu dalam perbedaan dan Keragaman, Terwujudnya Harmoni dan Kerukunan’. Kegiatan ini berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 604 Tahun 2024 Tentang Pedoman Pengembangan Kampung Moderasi Beragama.Ternyata tujuan dari Kemah Moderasi Beragama (KMB) ini adalah meningkatkan kerukunan antar dan inter umat Bergama, mengimplementasikan nilai moderasi beragama sehingga mampu mengokohkan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kampung Moderasi dilaksanakan di pinggir Pantai Prigi, tepatnya di Taman 360 kecamatan Watulimo. Di kampung ini didirikan berpuluh-puluh tenda kecil, yang dihuni oleh beberapa Rukun Tetangga (RT). Pengelompokan dengan sebutan Rukun Tetangga (RT) berdasarkan tugas dan fungsi kedinasan/agama. Sehingga muncullah nama-nama Rukun Tetangga (RT) di kampung moderasi seperti: RT Pejabat Kemenag dan FKUB/Forum Kerukunan Umat Beragama (10 orang), RT Pengawas Madrasah (22 orang), RT KKM MI (120 orang), RT KKM MTs (28 orang), RT KKM MA (22 orang), RT IGRA (20 orang), RT Penyuluh (108 orang), RT Penghulu (25 orang), RT PNS dan PPPK lingkup Kankemenag (55 orang), RT Kristen (10 orang), RT Katolik (10 orang), RT Hindu(10 orang)  dan RT Budha (10 orang). Jadi jumlah penghuni kampung moderasi kurang lebih 450 orang.

Peserta kemah kampung moderasi mulai chek in pukul 09.00 WIB untuk melakukan pendirian tenda. Pukul 13.00 masuk kegiatan pra acara berupa pementasan senam moderasi dari siswa MtsN 4 Watulimo, tampilan dari warga lintas agama dan paduan suara agen moderasi kementerian agama kabupaten Trenggalek. Upacara menggunakan pakaian adat dari beberapa provinsi di Indonesia, mayoritas peserta KMB menggunakan baju adat jawa. Acara dilanjutkan dengan upacara pembukaan. Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ketua panitia Bapak Syafa’ Antoni memaparkan terkait tujuan dan jumlah peserta kemah moderasi.

Kepala Kantor Kementerian Agama Bapak Dr. Drs. Muhammaad Nur Ibadi, S.E, M.M memberikan sambutan dilanjutkan dengan materi dari Direktur Penerangan Agama Islam, Bapak Dr. H. Ahmad Zayadi, M.Pd sekaligus membuka acara. Setelah dibuka seluruh peserta melakukan flashmob merah putih diiringi lagu Perdamaian dan Berkibarlah Benderaku. Pada acara pembukaan ini diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh para pemuka agama. Para tokoh yang membacakan doa antara lain: Agama Islam dipimpin Bapak H. Rohmat, M.M, Kisten Protestan oleh Pendeta Kukuh Supitono, Agama Katolik oleh bapak Agus Ngadi, dan Agama Hindu oleh Bapak I Gusti Bagus Sukertia.

Kegiatan lain yang menarik adalah lokakarya moderasi beragama kegiatan tersebut dipimpin oleh FKUB/Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Trenggalek. Ada juga Cerita Mesra (Cerita Moderasi Beragama), kegiatan ini merupakan kegiatan diskusi kerukunan dan kemesraan yang tujuannya mengungkapkan uneg-uneg dengan penuh kejujuran. Acara ini sebagai wadah sharing antar umat beragama yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Saat kegiatan dilaksanakan peserta bebas mengungkapkan keinginan, harapan dan segala sesuatu yang terkait dengan moderasi beragama dan kerukunan antar umat beragama di Trenggalek yang akan dibahas dan dijawab oleh para pakar.

Acara selanjutnya adalah opera moderasi beragama dan penampilan lomba cipta karya. Opera ini dilakukan pada malam hari dan dilanjutkan pada siang hari. Kegiatan ini bisa berupa tarian, puisi, gerak lagu, standup komedi maupun drama. Ikatan Guru Raudhatul Athfal kabupaten Trenggalek menyajikan tarian yang bertema moderasi. Penyuluh menampilkan standup comedi yang lucu dan menarik. Lintas agama menyajikan drama bertema kerja sama dan persatuan. Kegiatan lain yang tak kalah menarik adalah Ngopi Mesra (Ngobrol Pintar Moderasi Beragama), kegiatan ini dilaksanakan di taman 360 yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang moderasi beragama yang dipaparkan oleh narasumber professional. Para pakar tersebut antara lain: direktur penerangan agama islam, Kasubdit Penyuluh agama Islam, Kabid Pendidikan Madrasah.