Rabu, 12 Februari 2025

PENTINGNYA FIKIH KEPEGAWAIAN

 



Ketika mengikuti Silaturahmi Pengawas  Nasional Ketiga (SILATNAS 3)  yang diadakan di Jogjakarta, tertarik dengan materi yang disampaikan oleh Dr. H. Wawan Djunaedi, MA yang membahas tentang Transformasi Sumberdaya Pengawas Kementerian Agama. Beliau adalah Kepala Biro SDM Kementerian Agama RI.  Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan tentang Pentingnya Fikih Kepegawaian. Yang membahas tentang pegawai yang harus menerapkan Fikih terkait orientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif. Fikih kepegawaian ini dimaksudkan pemahaman tentang apa yang diharapkan dari seorang aparatur sipil negara.

Orientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif merupakan perilaku yang diharapkan dapat menjaga martabat dan kehormatan ASN serta kepentingan bangsa dan negara. Pertama, berorientasi layanan. Perilaku yang dharapkan memberikan layanan prima demi kepuasan masyarakat. Berkenan memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Bersikap ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan. Serta mau melakukan perbaikan diri dan perbaikan layanan secara terus menerus. Beliau mencontohkan prilaku tokoh dalam melakukan pelayanan yang negatif sehingga viral diberbagai sosial media.

Kedua, akuntabel. Pegawai yang bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan. Sosok yang melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan. Seringkali iventaris kantor digunakan untung kepentingan pribadi, anak maupun anggota keluarga yang lain. Ketiga, kompeten. Menjadi pribadi yang terus belajar dan mengembangkan kapabilitas. Aktif meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan zaman yang senantiasa berubah. Mau membantu orang lain untuk belajar dan melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik. Pegawai sebaiknya selalu mengupgrade diri dengan belajar mandiri atau mengikuti Pendidikan dan pelatihan yang efektif. Membantu teman sejawat yang mengalami kesulitan dalam menanggapi perubahan kebijakan. Misalnya belajar bersama membuat akun di MAGIS.

Ketiga, Harmonis. Mengedepankan sikap saling peduli dan menghargai perbedaan. Berkenan menghargai setiap orang tanpa membedakan latar belakang jabatan, silsilah keluarga maupun kekayaan. Gemar menolong orang lain dan membangun lingkungan kerja yang kondusif. Mencegah adanya lingkungan kerja yang toksik. Tempat kerja yang demikian menjadikan pegawai tidak nyaman dalam melaksanakan tugas. Pegawai sebaiknya menjadikan lingkungan kerja sebagai rumah kedua bagi kita. Sehingga nyaman dan tenang  dalam bekerja. Justru.

Keempat, loyal. Pegawai yang memiliki loyalitas tinggi senantiasa berdedikasi dan mengutamakan kepentingan instansi tempat ia bekerja. Senantiasa menjaga nama baik, dirinya dan instansinya. Menjaga rahasia jabatan. Menjaga mulut dan jari agar ketidak mengungkapkan rasa ketidaksukaan terhadap teman dan tempat kerjanya, di sosual media. Kelima, adaptif. Sikap adaptif ditunjukkan  dengan terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan. Dengan cara cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas serta bertindak proaktif. Kelima, kolaboratif. Berupaya membangun kerja sama yang sinergis.  Memiliki sikap yang sentiasa memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi. Bersikap terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah dan mampu menggerakkan pemanfaatan berbagai  sumberdaya untuk tujuan bersama.

Pentingnya melaksanakan  fikih kepegawaian diatas agar mampu menjadi pelayan public yang baik dan amanah. Mampu menjadi pelaksana kebijakan publik yang baik. Serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.