Rabu, 20 November 2024

Mengukur Kadar Tawakal pada Allah

 



Sore tadi hujan deras diiringi petir yang menyambar keras. Membuat siapapun yang berada pada kondisi itu menggantang asap. Menengok ke belakang. Nyatanya perjalanan hidup itu penuh dengan riak. Tidak mulus, penuh dengan ujian hidup. Adakalanya merasa pada posisi sejajar dengan tanah, tiarap. Merasa sulit untuk berdiri dan menegakkan badan. Setiap langkah yang dipilih tak satupun yang benar. Selalu terkulai dan terkapar tak berdaya.

Pada posisi ini, ujian datang silih berganti. Pada posisi ini, kita dapat mengukur kadar tawakal pada Allah. Mampukah menerima ketentuan dari Allah? Takdir Allah. Manut, terhadap ketentuan-Nya. Berjuang keras untuk bangkit. Melaksanakan perintah-Nya. Sabar menghadapi semua rintangan dan tantangan yang telah digariskan oleh Allah. Sehingga terlihat, siapapun tidak mampu merobohkan kita. Padahal kita dalam posisi tidak baik-baik saja.

Pada tahapan selanjutnya kita menata hati untuk lapang, rileks, selalu tersenyum, sabar dan tawakal. Dengan menghadirkan Allah dalam setiap langkah kita, setiap hembusan napas. Dalam setiap langkah kita melangitkan doa-doa dan harapan agar tidak terperosok dalam fitnah dunia. Ujian yang datang pada kita bukan hanya karena kita mampu, kuat dan hebat. Namun untuk mengukur kadar tawakal kita pada Allah dengan menunjukkan seberapa kuat kita menundukkan kepala memohon ampunan, pertolongan agar ujian cepat berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar